Hasil survei Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) RI, menunjukkan bahwa tingkat kepercayaan masyarakat pada sumber informasi dari media sosial jauh lebih tinggi dibanding pada televisi, media cetak, situs media online maupun situs media pemerintah. Survei bertajuk “Status Literasi Digital di Indonesia 2022”, dilakukan bekerjasama dengan Katadata Insight Center (KIC).
Hasil laporan survei tersebut menunjukkan bahwa tingkat kepercayaan masyarakat pada sumber informasi dari media sosial mencapai 72,6% responden. Sedangkan televisi menjadi pilihan 59,7% responden, dan situs berita online 26,7% responden. Yang paling mencengangkan, ternyata kepercayaan masyarakat pada situs resmi pemerintah hanya 13,9% responden.
Kalau melihat dari data di atas, media sosial seperti whatsapp, facebook, youtube, twitter, TikTok, instagram dan media sosial lainnya, menjadi sumber informasi pilihan utama masyarakat. Sebab media sosial mudah diakses, memiliki kecepatan informasi, serta siapapun bisa menjadi “penulis dan jurnalis”. Untuk mengaksesnya hanya dibutuhkan telepon genggam dan aplikasi media sosial tersebut. Informasinya singkat, jelas dan mudah dipahami, serta dapat diakses di mana saja dan kapan saja, sepanjang ada jaringan internet.
Sumber informasi dari televisi sebenarnya cukup dipercaya masyarakat. Tetapi televisi dapat diakses pada waktu tertentu, yakni saat informasi itu disiarkan. Jika tidak melihat televisi saat suatu sumber informasi diberitakan, maka akan ketinggalan beritanya, dan sulit mengakses kembali. Sementara rendahnya kepercayaan masyarakat pada sumber informasi berbasis web atau situs pemerintah, karena informasinya tidak netral. Lebih menonjolkan kesuksesan pemerintah dan tidak ada keseimbangan informasi.
Hoax Jadi Ajang Adu Domba
Hasil survei tersebut juga menyimpulkan bahwa masih banyak masyarakat yang percaya pada informasi hoax. Terbukti sebanyak 71,9% responden percaya dan membaca secara detail informasi hoax. Sedangkan 36,7% responden merasa ragu-ragu atas informasi hoax, sehingga mereka menanyakan pada teman atau pihak lain. Semetara 5,4% responden langsung menyebarkan informasi hoax tanpa melakukan cek ulang kebenaran informasinya.
Dari data ini, maka tidak heran berita hoax cepat sekali menyebar melalui media sosial. Bahkan karena tingginya kepercayaan masyarakat terhadap berita hoax, maka muncullah “hoaxers” dan buzzer yang mendengungkan berita bohong melalui media sosial. Membuat berita hoax justru menjadi ladang pekerjaan baru. Jika masyarakat sudah terjebak pada sumber informasi yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya, maka akan menjadi masalah sosial yang sangat berbahaya. Masyarakat akan diadu domba, saling memfitnah. Itulah mengapa klarifikasi atau tabayyun sangat penting.
Sebenarnya Allah SWT telah mengingatkan pada kita sekalian agar tidak mudah percaya pada suatu berita yang belum jelas kebenarannya, seperti firman Allah SWT dalam Quran Surah Al Hujurat Ayat 6:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِن جَآءَكُمْ فَاسِقٌۢ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوٓا۟ أَن تُصِيبُوا۟ قَوْمًۢا بِجَهَٰلَةٍ فَتُصْبِحُوا۟ عَلَىٰ مَا فَعَلْتُمْ نَٰدِمِينَ
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.”
Buya Hamka dalam Tafsir Al-Azhar menafsirkan Surah Al Hujurat ayat 6 adalah memberi larangan keras untuk percaya kepada berita-berita yang dibawa oleh orang fasik. “Berita tersebut harus diselidiki terlebih dahulu dengan seksama benar atau tidaknya. Jangan sampai karena terburu menjatuhkan keputusan yang buruk atas suatu perkara, sehingga orang yang diberitakan itu telah mendapat hukuman padahal kemudian ternyata tidak ada sama sekali salahnya dalam perkara yang diberitakan orang itu,” tulis Buya Hamka.
Tabayyun atau klarifikasi sendiri dimaknai sebagai mencari kejelasan tentang sesuatu hingga benar adanya. Bertabayyun sama artinya dengan mengklarifikasi sebelum percaya sepenuhnya terhadap informasi tersebut. Pentingnya bertabayyun bagi kaum muslimin agar terhindar dari fitnah hingga kesalahpahaman.
Media sosial jika digunakan secara bijak, mampu menggerakkan masyarakat agar peduli pada lingkungannya, atau peduli pada anggota masyarakat yang membutuhkan bantuan. Seperti korban bencana alam banyak mendapatkan bantuan dan empati dari masyarakat setelah diunggah ke media sosial. Demikian juga pelaku kejahatan akan segera ditangani pihak berwenang setelah diviralkan di media sosial, sampai ada istilah “No Viral No Justice.”
Jadi kita harus bijak dalam bermedia sosial. Saring sebelum Sharing. Dan yang paling penting adalah melakukan tabayyun, klarifikasi, agar kita tidak menyesal di kemudian hari seperti yang diingatkan Allah SWT. (*)
