Tak Ada yang Mustahil, Satpam UM Surabaya Ini Buktikan Bisa Lulus Cumlaude

Tak Ada yang Mustahil, Satpam UM Surabaya Ini Buktikan Bisa Lulus Cumlaude

Menjadi satpam tidak menghalangi seseorang untuk meraih gelar sarjana, bahkan dengan prestasi akademik yang membanggakan.

Inilah kisah inspiratif Ragita Dwi Nur Rahmadiani, perempuan asal Mojokerto yang telah tujuh tahun mengabdi sebagai satpam di Universitas Muhammadiyah Surabaya (UM Surabaya).

Perjalanan hidupnya menjadi salah satu kisah inspiratif dalam Wisuda ke-52 UM Surabaya.

Sejak kecil, Ragita sudah bercita-cita untuk kuliah. Namun, keterbatasan finansial membuatnya harus menunda impian tersebut.

Setelah lulus dari Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) jurusan Tata Boga, ia mencari pekerjaan untuk menabung biaya kuliah. Kesempatan pun datang ketika UM Surabaya membuka lowongan untuk satpam perempuan.

“Waktu itu ada lowongan satpam perempuan di UM Surabaya. Alhamdulillah keterima. Setelah dua tahun menjadi karyawan tetap, saya memutuskan untuk kuliah mengambil kelas malam, karena pagi kerja,” kenang Ragita.

Keputusan itu bukan hal yang mudah. Sebagai anak dari seorang sopir truk di pabrik gula dan ibu yang berjualan nasi serta kue keliling, Ragita paham betul arti perjuangan dalam hidup. Namun, ia tak ingin menyerah pada keadaan.

Ragita memilih jurusan Manajemen di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UM Surabaya. Dengan jadwal kerja yang padat, ia harus pintar membagi waktu antara tugas sebagai satpam dan tuntutan akademik.

Rutinitasnya dimulai sejak pagi, bekerja sebagai petugas keamanan, kemudian menyempatkan belajar pada sore hari sebelum kuliah dimulai pukul 18.00.

“Kebetulan kuliahnya pukul 18.00, jadi di sela-sela itu saya belajar, apalagi kalau UTS dan UAS,” ujarnya.

Meskipun lelah dan sering kurang tidur, Ragita tidak pernah mengeluh. Ia tahu bahwa setiap tetes keringatnya adalah langkah menuju impian. Keuletannya pun membuahkan hasil. Dengan IPK 3,8, ia berhasil menyelesaikan studinya tepat waktu dan meraih predikat Cumlaude.

Lulus dengan nilai gemilang tidak membuat Ragita berpuas diri. Ia sudah memiliki rencana untuk melanjutkan studi ke jenjang berikutnya.

“Keterbatasan finansial mungkin bukan satu-satunya alasan untuk menguburkan impian kita, melainkan Allah ingin melihat seberapa jauh kita dapat bertahan dan gigih dalam memperjuangkan impian yang ingin kita raih,” tuturnya penuh semangat.

***

Perjalanan Ragita adalah bukti bahwa kerja keras dan tekad yang kuat mampu mengatasi segala keterbatasan. Kisahnya menjadi inspirasi bagi banyak orang, khususnya bagi mereka yang merasa sulit untuk melanjutkan pendidikan karena alasan ekonomi.

Dengan kegigihan dan tekadnya, Ragita membuktikan bahwa tidak ada yang mustahil selama kita terus berusaha dan tidak mudah menyerah.

Dari seorang petugas keamanan kampus hingga menjadi sarjana cumlaude, Ragita adalah bukti nyata bahwa mimpi bisa diwujudkan dengan kerja keras dan keyakinan yang kuat.

Meskipun harus membagi waktu antara bekerja dan belajar, ia tak pernah mengeluh atau merasa putus asa. Setiap malam, setelah selesai bertugas, Ragita meluangkan waktu untuk membaca buku dan menyelesaikan tugas kuliahnya.

Dukungan dari keluarga dan teman-temannya menjadi bahan bakar semangatnya, sementara doa dan keyakinannya pada Tuhan memberinya ketenangan dalam menghadapi setiap tantangan.

Hari kelulusannya menjadi momen yang paling berharga. Dengan toga yang dikenakan dengan bangga, ia berdiri di podium, menerima gelar sarjananya dengan predikat cumlaude.

Tepuk tangan bergema di seluruh ruangan, dan air mata haru menetes di pipinya. Perjalanan panjang yang penuh perjuangan akhirnya membuahkan hasil.

Kini, Ragita bukan hanya seorang lulusan terbaik, tetapi juga inspirasi bagi banyak orang. Ia membuktikan bahwa keterbatasan bukanlah penghalang untuk meraih kesuksesan, selama kita memiliki tekad, kerja keras, dan keyakinan yang tak tergoyahkan. (*/wh)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *