Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Syamsul Anwar, mengatakan ada dua nilai fundamental yang menjadi landasan tata kelola Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan ’Aisyiyah (PTMA), yakni amanah dan ikhlas.
Hal ini disampaikan Syamsul Anwar, pada Sidang Senat Terbuka dalam rangka Milad ke-65 Universitas Ahmad Dahlan (UAD), Selasa (23/12/2025). Milad ini sekaligus menjadi momentum dan refleksi perjalanan UAD selama lebih dari enam dekade memajukan pendidikan tinggi di Indonesia.
Nilai amanah, menurut Syamsul, mencakup kemampuan membangun kepercayaan para pemangku kepentingan serta konsistensi dalam menjalankan tanggung jawab yang diemban. “Ketua Umum Muhammadiyah sering menyampaikan bahwa salah satu kunci dalam mengelola perguruan tinggi adalah sifat amanah yang menjadi sangat penting,” ujarnya.
Adapun nilai ikhlas dimaknai sebagai kerelaan dalam menjalankan tugas tanpa didorong oleh kepentingan-kepentingan lain. Sikap ini dinilai krusial dalam membangun kerja sama yang sehat dan berkelanjutan di lingkungan perguruan tinggi.
“Kalau perguruan tinggi dijalankan tidak dengan ikhlas, ada kepentingan-kepentingan lain, tidak bisa membangun kerja sama, maka tunggulah saat kehancurannya,” tegas Syamsul.
Syamsul Anwar juga menyampaikan ucapan selamat sekaligus apresiasi atas dedikasi UAD. Dengan gaya khasnya, Syamsul menyampaikan pantun yang disambut hangat civitas academica. “Selamat Milad ke-65 kepada UAD. Berbahagialah mereka yang menjadi warga dan keluarga besar UAD. Jalan-jalan ke Kotagede, jangan lupa beli durian. Selamat Milad buat UAD, semoga berjaya dan berkemajuan,” kata Syamsul yang langsung mendapatkan aplaus dari undangan yang hadir.
Lebih lanjut, Syamsul menjelaskan bahwa nilai amanah dan ikhlas merupakan bagian penting dalam pembelajaran Al-Islam dan Kemuhammadiyahan (AIK), yang menjadi fondasi ideologis bagi warga Muhammadiyah, khususnya di lingkungan perguruan tinggi.
AIK mencakup ajaran Islam secara komprehensif, mulai dari akidah, akhlak, ibadah, hingga muamalah, yang bersumber pada Al-Qur’an dan As-Sunnah sebagaimana dipahami dan diamalkan Muhammadiyah.
Ia meyakini, pembelajaran AIK yang holistik mampu menyatukan gerak langkah seluruh elemen perguruan tinggi, baik pimpinan, dosen, tenaga kependidikan, maupun mahasiswa. “Karena itu AIK menjadi penting. Ini adalah ideologi yang diharapkan dapat menyatukan gerak langkah seluruh warga perguruan tinggi,” pungkas Syamsul. (*/tim)
