Alhamdulillah, hingga hari ini kita masih diberi kesempatan oleh Allah untuk menunaikan puasa hingga malam ke-23 Ramadan. Ini tentu atas rida Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Oleh karena itu, mari kita tetap istikamah dan semakin bersemangat dalam beribadah di akhir Ramadan, bulan mulia yang penuh maghfirah.
Jangan seperti sebagian orang yang terlalu sibuk memikirkan hari raya, mudik, dan baju lebaran.
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam justru semakin giat beribadah di akhir-akhir bulan Ramadhan. Bahkan, beliau sengaja meninggalkan istri-istrinya demi fokus dalam ibadah.
Salah satu alasan beliau bersemangat dalam ibadah kala itu adalah untuk menggapai Lailatul Qadar di sepuluh hari terakhir Ramadan.
Dalam Bulughul Maram, Ibnu Hajar Al-Asqalani menyebutkan sebuah hadits (no. 698):
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, ketika memasuki sepuluh hari terakhir Ramadhan, beliau bersungguh-sungguh dalam ibadah (dengan meninggalkan istri-istrinya), menghidupkan malam-malam tersebut dengan ibadah, dan membangunkan istri-istrinya untuk beribadah.” Muttafaqun ‘alaih. (HR. Bukhari no. 2024 dan Muslim no. 1174)
Beberapa Faedah dari Hadits di Atas:
1. Keutamaan beramal salah di sepuluh hari terakhir Ramadan.
Sepuluh hari terakhir Ramadhan memiliki keistimewaan dalam ibadah dibandingkan hari-hari lainnya. Ibadah yang dianjurkan mencakup shalat, dzikir, dan tilawah Al-Qur’an.
2. Kesungguhan Nabi shallallahu alaihi wasallam dalam beribadah di sepuluh hari terakhir Ramadan memiliki dua alasan utama:
- Sepuluh hari terakhir merupakan penutup bulan Ramadhan yang diberkahi. Setiap amalan dinilai berdasarkan akhirnya.
- Sepuluh hari terakhir diharapkan sebagai waktu turunnya Lailatul Qadar. Dengan memperbanyak ibadah, seseorang lebih berpeluang mendapatkan maghfirah atau ampunan dari Allah Ta’ala.
3. Hadits ini menunjukkan anjuran membangunkan keluarga, khususnya istri, untuk salat malam.
Hal ini lebih ditekankan di sepuluh hari terakhir Ramadan.
4. Anjuran untuk menasihati keluarga dalam kebaikan serta menjauhkan mereka dari hal-hal tercela dan terlarang.
5. Membangunkan keluarga untuk shalat malam juga dianjurkan di luar Ramadan.
Keutamaannya disebutkan dalam hadits lain:
“Semoga Allah merahmati seorang laki-laki yang di malam hari melakukan shalat malam, lalu ia membangunkan istrinya. Jika istrinya enggan, maka ia memerciki air pada wajahnya. Semoga Allah juga merahmati seorang wanita yang di malam hari melakukan shalat malam, lalu ia membangunkan suaminya. Jika suaminya enggan, maka istrinya pun memerciki air pada wajahnya.” (HR. Abu Daud no. 1308 dan An-Nasai no. 1148. Sanad hadits ini hasan menurut Al-Hafizh Abu Thohir)
Sufyan Ats-Tsauri berkata: “Aku sangat suka jika memasuki sepuluh hari terakhir Ramadhan untuk bersungguh-sungguh menghidupkan malam dengan ibadah, lalu membangunkan keluarga untuk shalat jika mereka mampu.” (Lathoiful Ma’arif, hal. 331)
Insya Allah, semoga Allah memberikan taufik kepada kita agar dapat menghidupkan hari-hari terakhir Ramadhan dengan ibadah dan shalat malam. Aamiin ya Rabbal ‘Alamin. (*)