The Tiger Shark, Jingle Ikonik Pengantar Pidato Bung Tomo

The Tiger Shark, Jingle Ikonik Pengantar Pidato Bung Tomo
*) Oleh : Nanang Purwono, S.Pd
Jurnalis Senior dan Peguat Sejarah
www.majelistabligh.id -

Setiap kali Bung Tomo menyampaikan pidato heroiknya di masa perjuangan, pendengar seakan telah disiapkan secara emosional melalui alunan sebuah lagu yang khas dan penuh semangat.

Lagu tersebut adalah The Tiger Shark, sebuah melodi bergaya Hawaii karya Peter Hodgkinson asal Inggris, yang kemudian menjadi jingle ikonik dalam setiap pidato Bung Tomo, terutama menjelang pertempuran dahsyat 10 November 1945 di Surabaya.

The Tiger Shark merupakan lagu berdurasi sekitar dua menit yang digunakan sebagai pembuka dan penutup pidato Bung Tomo.

Irama Hawaii-nya yang rancak dan membangkitkan semangat sangat efektif membangun suasana emosional para pendengar, khususnya para pejuang Surabaya.

Setelah lagu ini diputar, pidato Bung Tomo selalu diawali dengan pekikan takbir “Allahu Akbar!” yang menggema dan menggugah semangat juang rakyat.

Menurut definisi umum, jingle adalah lagu pendek atau melodi yang mudah diingat dan sering digunakan untuk menarik perhatian dalam iklan atau kampanye.

Dalam konteks ini, The Tiger Shark bukanlah sekadar lagu pengantar, tetapi menjadi simbol yang melekat erat dengan suara perjuangan Bung Tomo.

Lagu tersebut secara tidak langsung menjadi “brand audio” dari orasi-orasi yang membakar semangat rakyat melawan penjajah.

Penggunaan lagu ini bermula dari inisiatif RRI Surabaya. Kala itu, belum ada lagu mars nasional yang dianggap cocok untuk mengiringi pidato Bung Tomo. Sebagai alternatif, RRI menawarkan The Tiger Shark yang kemudian diterima Bung Tomo sebagai pembuka pidatonya.

The Tiger Shark, Jingle Ikonik Pengantar Pidato Bung Tomo
Cover lagu The Tiger Shark sebagai pembungkus Pidato Pidato Bung Tomo. Ffoto: ist

Meski bukan lagu mars, lagu ini terbukti mampu memainkan peran strategis dalam menyulut api perjuangan dan meningkatkan daya tarik pidato-pidato sang orator.

“Begitu pendengar mendengar lagu itu, mereka tahu bahwa pidato Bung Tomo akan segera disampaikan,” ungkap A. Hermas Thony, pengamat sejarah yang mantan wakil ketua DPRD Kota Surabaya.

Thony menambahkan, lagu ini nantinya akan di-install di Radio Bung Tomo agar para pendengar masa kini bisa merasakan semangat yang sama seperti saat pidato-pidato itu disiarkan di masa lalu.

Menariknya, The Tiger Shark bukan hanya nama lagu, tapi juga merujuk pada jenis hiu besar yang dikenal agresif.

Menurut literasi dari Wikipedia, hiu harimau (tiger shark) adalah salah satu hiu terbesar di dunia, dengan panjang tubuh mencapai 4,25 meter dan berat hingga 635 kilogram. Hiu ini merupakan pemburu soliter yang aktif di malam hari dan banyak ditemukan di perairan tropis.

Karakter hiu harimau yang kuat, berani, dan tak kenal takut tampaknya sejalan dengan semangat perjuangan yang ingin dibangkitkan oleh Bung Tomo melalui pidato-pidatonya.

Lagu The Tiger Shark bukan hanya sekadar pengiring, tetapi telah menjadi bagian dari narasi heroik perjuangan rakyat Surabaya dalam mempertahankan kemerdekaan.

Peristiwa 10 November yang dikenang sebagai Hari Pahlawan tidak hanya diisi oleh kenangan akan pertempuran, tetapi juga semangat dan simbol-simbol perjuangan seperti pidato Bung Tomo dan jingle The Tiger Shark.

Kini, lagu itu tidak hanya menjadi bagian dari sejarah audio, tetapi juga simbol perlawanan, keberanian, dan nasionalisme.

Melalui Radio Bung Tomo dan inisiatif-inisiatif pelestarian sejarah lainnya, semangat itu akan terus hidup dan menginspirasi generasi berikutnya. (*)

Tinggalkan Balasan

Search