Tips Memilih Hewan Kurban Sehat, Ini Penjelasan Dosen Parasitologi UM Surabaya

www.majelistabligh.id -

Menjelang Hari Raya Iduladha, permintaan terhadap hewan kurban seperti sapi dan kambing meningkat tajam, terutama di Indonesia.

Kondisi ini mendorong masuknya hewan ternak dari berbagai wilayah ke pasar hewan, yang juga meningkatkan potensi penyebaran parasit dan penyakit menular antar hewan.

Vella Rohmayani, dosen Parasitologi dari Program Studi Sarjana Terapan Teknologi Laboratorium Medis, Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surabaya (UM Surabaya), menuturkan bahwa sapi dan kambing, seperti halnya hewan ternak lainnya, berisiko tinggi terinfeksi berbagai jenis parasit.

“Parasit yang menyebabkan infeksi terdiri dari dua jenis, yakni endoparasit (yang hidup di dalam tubuh) dan ektoparasit (yang hidup di luar tubuh),” ujar Vella pada Senin (2/6/2025).

Ia menjelaskan bahwa beberapa endoparasit yang kerap ditemukan pada hewan ternak meliputi parasit protozoa seperti Eimeria sp, cacing pita Taenia saginata, cacing hati Fasciola sp, dan jenis cacing usus dari golongan nematoda.

Sementara itu, ektoparasit yang umum menyerang sapi dan kambing antara lain kutu, tungau seperti Sarcoptes scabiei, lalat pengisap darah, dan caplak.

“Dengan banyaknya potensi infeksi dari kedua jenis parasit tersebut, penting untuk berhati-hati dalam memilih hewan kurban,” tambahnya.

Vella juga memaparkan ciri-ciri fisik hewan ternak yang sehat, antara lain postur tubuh yang proporsional—tidak terlalu kurus atau gemuk, bulu yang halus dan tidak kering atau bersisik, kulit tanpa luka atau bengkak, serta mata yang jernih, tidak memerah, tidak berair, dan tidak bengkak.

“Selain itu, telinga hewan yang sehat tampak bersih dan tidak mengeluarkan cairan berbau menyengat, mulut bersih dan tidak banyak lendir, kaki tidak pincang, serta kuku utuh dan tidak pecah-pecah,” lanjut Vella.

Dia menambahkan bahwa hewan yang sehat umumnya menunjukkan perilaku aktif, merespon rangsangan dengan baik, memiliki nafsu makan yang tinggi, tidak tampak stres, dan tidak menunjukkan perilaku agresif berlebihan.

Vella menekankan bahwa hewan yang sakit bisa menjadi sumber penularan penyakit ke manusia, terutama saat dagingnya dikonsumsi.

“Oleh karena itu, pastikan hewan yang akan dikurbankan benar-benar dalam kondisi sehat, baik dari segi fisik maupun perilakunya, agar ibadah kurban memberi manfaat maksimal tanpa menimbulkan risiko kesehatan,” tutupnya. (*/wh)

 

Tinggalkan Balasan

Search