Tragedi Kepemimpinan dengan Standar Ganda

Tragedi Kepemimpinan dengan Standar Ganda

Pemimpin untuk Semua

Buya Hamka pernah berkata, “Yang paling aku takutkan adalah diriku sendiri (yaitu): kepentinganku, nafsuku dan golonganku.” Sebuah pesan bagi dirinya dan para pemimpin di kala beliau menjabat sebagai Ketua MUI (1975-1981).

Namun nasihat ini juga cocok bagi siapapun yang tengah berkuasa, memimpin baik di rumah tangga, komunitas kecil lembaga negeri dan swasta bahkan bagi seorang pemimpin negara.

Bahkan menurut Prof. Haedar Nasir, ketua PP Muhammadiyah, semestinya para pemimpin Indonesia harus sudah selesesai dengan dirinya, dengan mengutamakan sikap memberi dan bukan meminta apalagi mencuri dari Indonesia.

Beliau juga berharap agar para pejabat yang nantinya dilantik, mampu menjadi pemimpin Indonesia yang berjiwa, berpikiran, bersikap, dan bertindak sejalan Pancasila, agama, kebudayaan, dan sejarah Indonesia nan sarat makna.

Pernyataan beliau sejalan dengan kekhawatiran Buya Hamka di atas bahwa Sudah seharusnya siapapun ayng mendapatkan amanah dan kepercayaan rakyat untuk menjadi pemimpin sejati, tulus yang mengedepankan kepentingan Indonesia di atas kepentingan diri, kroni, dinasti, dan golongan sendiri.

Ketahuilah bahwa Islam mengecam dan mengancam keras bagi penguasa yang berlaku curang dan dhalim. Sebagaimana sabda Rasulullah Saw berikut.

عَنْ مَعْقِلِ بْنِ يَسَارٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : سَمِعْتُ رَسُولَ اَللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: مَا مِنْ عَبْدِ يَسْتَرْعِيهِ اللَّهُ رَعِيَّةً, يَمُوتُ يَوْمَ يَمُوتُ, وَهُوَ غَاشٌّ لِرَعِيَّتِهِ, إِلَّا حَرَّمَ اَللَّهُ عَلَيْهِ اَلْجَنَّةَ
مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ

“Dari Ma’qil Bin Yasâr Radhiyallahu anhu berkata, aku mendengar Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidaklah seorang hamba pun yang diberi amanah oleh Allâh untuk memimpin bawahannya yang pada hari kematiannya ia masih berbuat curang atau menipu rakyatnya, melainkan Allâh mengharamkan surga atasnya.” [Muttafaq alaih]

Tokoh dan Pejabat Publik Bisa Masuk Neraka

Jangan hanya terlihat baik di mata orang dengan seribu pencitraan, padahal hatinya menipu, egonya dikedepankan diatas hati dan keinginan masyarakat.

Kelak di akherat pemimpin yang curang, punya standar ganda, mencari keuntungan pribadi di balik kebijakannya, akan diseret masuk neraka dan menjadi tontonan penduduk neraka.

Ketika ditanya mengapa masuk neraka dengan penuh penyesalan ia menjawab, “Benar, dulu aku memerintahkan kebaikan tapi aku tidak melakukannya dan aku melarang kemungkaran tapi aku melakukannya.”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *