Umat Islam Punya Sosok Paripurna: Rahmat Terbesar bagi Semesta

*) Oleh : M. Ainul Yaqin Ahsan, M. Pd
Pengasuh LKSA Muhammadiyah Rungkut
www.majelistabligh.id -

Setiap bangsa, setiap komunitas bahkan setiap individu membutuhkan figur teladan. Sosok panutan ini menjadi arah kehidupan, standar moral, dan inspirasi dalam menghadapi tantangan. Namun, jika kita melihat sejarah dunia, tidak ada figur manusia yang benar-benar sempurna dan dapat diteladani dalam seluruh aspek kehidupan kecuali Nabi Muhammad ﷺ.

Umat Islam patut bersyukur karena memiliki sosok uswah ḥasanah (teladan terbaik) yang paripurna dalam akhlak, perilaku, kepemimpinan, bisnis, pendidikan, rumah tangga, ibadah dan aspek lainnya. Inilah salah satu karunia terbesar Allah kepada umat manusia yang pantas kita rayakan dengan penuh kebahagiaan, terutama saat memperingati kelahiran Nabi ﷺ.

Muhammad ﷺ: Figur Paripurna di Semua Aspek
Allah menegaskan:

> وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍ
“Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar berada di atas budi pekerti yang agung.” (QS. Al-Qalam: 4)

Para ulama tafsir seperti Ibn Kathīr menegaskan dalam Tafsīr al-Qur’ān al-‘Aẓīm (jilid 4, hlm. 331), ayat ini menerangkan bahwa Nabi memiliki puncak akhlak mulia yang tidak tertandingi. Akhlak beliau adalah cerminan Al-Qur’an itu sendiri.

Dalam berbagai peran hidup, Nabi menjadi teladan:
– Sebagai anak, beliau menunjukkan bakti kepada kakek Abdul Muththalib dan pamannya Abu Thalib, meski yatim sejak kecil.

– Sebagai suami, beliau penuh kelembutan, sebagaimana kesaksian Aisyah RA: “Akhlak Nabi itu adalah Al-Qur’an” (HR. Muslim, no. 746).

– Sebagai ayah, beliau penyayang; pernah memangku cucunya Hasan dan Husain di punggung saat salat.

– Sebagai pebisnis, beliau jujur, hingga masyarakat Mekah menjulukinya al-Amīn.

– Sebagai pemimpin, beliau adil, bijaksana dan merakyat; tidak segan menambal bajunya sendiri, meski menjadi kepala negara.

Kesempurnaan multidimensi ini tidak dimiliki tokoh lain dalam sejarah umat manusia.

Tokoh Barat: Figur Besar tapi Tidak Paripurna
Jika melihat sejarah Barat, mereka memang memiliki tokoh-tokoh besar, namun keistimewaannya hanya terbatas pada satu bidang tertentu:
– Albert Einstein (1879–1955): jenius dalam fisika modern, namun kehidupan rumah tangganya kacau; ia bukan figur teladan dalam aspek keluarga atau moral.

– Mother Teresa (1910–1997): simbol kemanusiaan, namun hanya berfokus pada bidang amal, tidak dalam kepemimpinan politik atau sosial yang lebih luas.

– Frederick Nietzsche (1844–1900): filsuf besar, tetapi ide nihilismenya merusak generasi; hidupnya berakhir dalam penderitaan dan sakit jiwa.

– Karl Marx (1818–1883): tokoh ideologi yang menyerukan kesetaraan, tetapi gagasannya melahirkan rezim tirani di berbagai negara.

– Abraham Lincoln (1809–1865): pemimpin besar Amerika dalam politik, tetapi tetap tidak bisa dijadikan teladan menyeluruh.

Artinya, Barat tidak memiliki figur paripurna yang bisa diteladani dalam semua aspek kehidupan. Tokoh-tokoh mereka hanya unggul dalam bidang tertentu, namun tidak dalam keseluruhan aspek kemanusiaan.

Kebahagiaan atas Kelahiran Nabi Muhammad ﷺ
Allah memerintahkan kita untuk berbahagia atas karunia terbesar ini:

> قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَٰلِكَ فَلْيَفْرَحُوا ۖ هُوَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ
“Katakanlah: Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Itu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.” (QS. Yunus: 58)

Dalam Jāmi‘ al-Bayān karya Imam al-Ṭabarī (jilid 15, hlm. 132), disebutkan bahwa karunia (faḍl) dalam ayat ini adalah Islam, sementara rahmat (raḥmah) adalah Nabi Muhammad ﷺ.

Hal ini ditegaskan pula oleh firman Allah:

> وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِّلْعَالَمِينَ
“Dan tidaklah Kami mengutus engkau (Muhammad), melainkan sebagai rahmat bagi seluruh alam.” (QS. Al-Anbiyā’: 107)

Imam Fakhruddin al-Rāzī dalam Mafātīḥ al-Ghayb menafsirkan bahwa rahmat terbesar bagi manusia adalah diutusnya Nabi Muhammad ﷺ, yang membawa syariat, petunjuk dan keteladanan bagi seluruh manusia. (jilid 18, hlm. 141)

Relevansi di Zaman Modern
Dunia modern menghadapi krisis figur. Para pemimpin sering terjebak dalam korupsi moral dan material, para ilmuwan besar gagal menjadi teladan akhlak, dan aktivis kemanusiaan tidak selalu bisa menjadi inspirasi menyeluruh.

Dalam kondisi ini, sosok Nabi Muhammad ﷺ menjadi jawaban. Beliau mengajarkan keseimbangan: spiritual, moral, sosial, politik, pendidikan, ekonomi dan keluarga. Inilah yang membuat umat Islam benar-benar istimewa, karena memiliki teladan universal sepanjang zaman.

Berangkat dari perbandingan ini, jelaslah bahwa hanya umat Islam yang memiliki figur panutan paripurna, yaitu Nabi Muhammad ﷺ. Keberadaan beliau adalah karunia terbesar dari Allah, rahmat yang melampaui seluruh alam. Maka, sudah sepantasnya umat Islam berbahagia dan bersyukur atas kelahiran Nabi, sebagaimana firman Allah dalam QS. Yunus: 58.

Kebahagiaan ini bukan sekadar seremonial, tetapi juga momentum untuk meneladani beliau dalam seluruh aspek kehidupan. Sebab dengan mengikuti Nabi, kita tidak hanya menjadi umat yang istimewa, tetapi juga ikut menjaga keberlangsungan rahmat Allah bagi semesta.

Tinggalkan Balasan

Search