Umur Sejati Adalah Waktu Bersama Allah

Umur Sejati Adalah Waktu Bersama Allah
*) Oleh : Dr. Ajang Kusmana
Staf Pengajar AIK UMM
www.majelistabligh.id -

Kelalaian manusia adalah seringkali merasa bahwa usianya akan panjang.
Ia akan beramal, bertaubat dan berusaha memperbaiki kehidupannya setelah tua.

Sehingga seringnya manusia bersungguh-sungguh mengejar mimpi dunianya dan lalai terhadap akhiratnya,

Padahal sudah banyak terbukti, bahwa sebagian orang-orang yang kita temui yang berangan-angan mengapai cita-cita namun tiba-tiba ajal menjemputnya.

Maka perlu untuk kita jadikan sebuah renungan:

Bahwa kubur adalah tempat segala usia, dan syarat untuk mati tak harus tua, tak harus sakit, tak harus di kaya, dan tak harus mensyaratkan apa-apa. Bila ajal tiba berangkat juga.

Oleh karena itu hendaknya kita senantiasa memperhatikan dan mempersiapkan bekal kehidupan akhirat, Dan jangan sampai lalai hanya sibuk dengan kehidupan dunia.

Bersegeralah memperbaiki diri, bertaubat dan persiapkan bekal amal shalih sebaik mungkin, selagi masih ada kesempatan, Sebelum semua telambat dan menjadi penyesalan.

Ingatlah bahwa kematian senantiasa bergerak terus tak mengenal waktu siang-malam, pagi-sore, ia datang di lautan dan di daratan, ia menemui tua-muda, laki-perempuan, ia terus bergerak secara konsisten kepada kita dengan kecepatan 60 detik/menit tanpa pernah berhenti untuk beristirahat.

Dengan begitu, maka pasti akan tiba saatnya kematian itu akan datang menemui kita. Kehidupan sejati adalah kehidupan hati yang dekat dengan Allah.

Waktu yang dihabiskan dalam ketakwaan dan kebaikan menjadi hakikat dari umur seseorang. Kebaikan tidak hanya memperpanjang umur, tetapi juga memberikan keberkahan.

فَالْحَيَاةُ فِي الْحَقِيقَةِ حَيَاةُ الْقَلْبِ، وَعُمُرُ الْإِنْسَانِ مُدَّةُ حَيَّاتِهِ فَلَيْسَ عُمُرُهُ إِلَّا أَوْقَاتَ حَيَاتِهِ بِاللَّهِ، فَتِلْكَ سَاعَاتُ عُمُرِهِ، فَالْبِرُّ وَالتَّقْوَى وَالطَّاعَةُ تَزِيدُ فِي هَذِهِ الْأَوْقَاتِ الَّتِي هِيَ حَقِيقَةُ عُمُرِهِ، وَلَا عُمُرَ لَهُ سِوَاهَا.

Hakikat kehidupan sejati adalah kehidupan hati. Umur manusia pada hakikatnya adalah masa hidup hatinya.

Tidak ada umur yang sebenarnya kecuali waktu-waktu yang ia jalani bersama Allah. Itulah jam-jam kehidupannya yang sejati.

Kebaikan, ketakwaan, dan ketaatan menambah waktu-waktu ini, yang merupakan hakikat umur seseorang. Selain itu, tidak ada umur lain baginya selain waktu-waktu tersebut.

وَسِرُّ الْمَسْأَلَةِ أَنَّ عُمُرَ الْإِنْسَانِ مُدَّةُ حَيَّاتِهِ وَلَا حَيَاةَ لَهُ إِلَّا بِإِقْبَالِهِ عَلَى رَبِّهِ، وَالتَّنَعُّمِ بِحُبِّهِ وَذِكْرِهِ، وَإِيثَارِ مَرْضَاتِهِ.

Inti dari permasalahan ini adalah bahwa umur manusia sejatinya adalah masa hidupnya, dan tidak ada kehidupan yang sebenarnya kecuali dengan mendekat kepada Rabb-nya, menikmati cinta dan zikir kepada-Nya, serta mengutamakan keridaan-Nya. (Ad-Daa’ wa Ad-Dawaa‘, hlm. 87-88)

Tinggalkan Balasan

Search