UM Surabaya

Kisah kedua, suatu hari, selepas wafatnya Baginda Rasulullah Abu Bakar berkunjung ke rumah putrinya, Aisyah. Abu Bakar bertanya kepada anaknya yang juga istri Baginda Rasulullah, “Wahai putriku, adakah satu sunah Baginda Rasulullah yang belum aku tunaikan?” tanya Abu Bakar.

Aisyah pun menjawab, “Wahai ayahku, engkau adalah seorang ahli sunnah, dan hampir tidak ada satu sunah pun yang belum engkau lakukan kecuali satu saja”. “Apakah itu?” jawab Abu Bakar.

“Setiap pagi Baginda Rasulullah selalu pergi ke ujung pasar di kawasan kota Madinah al Munawarah dengan membawakan makanan untuk seorang pengemis Yahudi buta yang sering duduk di sana,” ungkap Aisyah.

Maka keesokan harinya, Abu Bakar pergi ke pasar dengan membawa makanan. Dia pun bergegas menuju titik lokasi yang dimaksud, supaya berjumpa dengan si pengemis. Betapa gembira Abu Bakar mendapati adanya seorang pengemis buta yang duduk di dekat sana. Setelah mengucapkan salam, Abu Bakar lalu duduk dan meminta izin kepadanya untuk menyuapinya. Namun, di luar dugaan pengemis tersebut menjadi murka dan membentak-bentak, “Siapakah kamu!?”

Abu Bakar menjawab, “Aku ini orang yang biasa menyuapimu”. “Bukan! engkau bukan orang yang biasa mendatangiku,” teriak si pengemis, “Jikalau benar kamu adalah dia, maka tidak susah aku mengunyah makanan di mulutku. Orang yang biasa mendatangiku itu selalu menghaluskan makanan terlebih dahulu dengan mulutnya sendiri. Barulah kemudian dia menyuapiku dengan itu,” terang si pengemis sambil tetap meraut wajah kesal.

Abu Bakar tidak kuasa menahan deraian air matanya, “Aku memang bukan orang yang biasa datang kepadamu. Aku adalah salah seorang dari sahabatnya, Abu Bakar. Orang mulia itu telah tiada. Dia adalah Baginda Rasulullah”.

Mendengar penjelasan Abu Bakar, pengemis tadi seketika terkejut. Dia lalu menangis keras. Setelah tenang, dia bertanya memastikan, “Benarkah demikian? Selama ini aku selalu menghina, memfitnah, dan menjelek-jelekkan Muhammad. Mengatakan dia adalah orang gila, pembohong, tukang sihir. Padahal, belum pernah aku mendengar dia memarahiku sedikit pun. Dia yang selalu datang kepadaku setiap pagi dengan membawakan makanan. Dia begitu mulia”.

“Wahai Abu Bakar, saksikanlah aku sekarang juga untuk mengucapkan dua kalimat syahadat serta memeluk agama Islam, agama yang dibawa oleh orang yang sangat baik dan mulia itu…’’ tutup pengemis buta Yahudi itu sambil mengucapkan dua kalimat syhahadat:

أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ

Kedua, untuk menegakkan citra Islam diperlukan upaya-upaya kolektif dalam menjaga lingkungan sehingga perkembangan kebudayaan dalam masyarakat memberi nuansa agamis.

Akan tetapi, jika Agama kurang dipahami, dihayati, dan bahkan tidak diamalkan oleh manusia akan menyebabkan penyelewengan terhadap ajaran-ajaran Agama yang muaranya menimbulkan kerusakan pada tataran kehidupan berbangsa dan bernegara.

Oleh sebab itu, dalam menjaga kelestarian lingkungan umat manusia harus belajar dari kebiasaan Baginda Rasulullah dalam memberikan beberapa arahan umum kepada umat-Nya.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini