Salah satu barometer untuk melihat baik atau buruk seorang adalah dengan melihat sejauh mana kemauan dan perhatiannya dalam menuntut ilmu agama.
Tapi ingat, sebelum menilai orang lain tentu diri kita lebih berhak untuk dinilai. Baik atau buruknya diri kita terletak pada bagaimana kita berinteraksi dengan ilmu agama.
Seberapa besar kecintaan kita pada ilmu agama maka sebesar itu pulalah kebaikan yang ada pada diri kita.
Dari Mu’awiyah radhiallahu‘anhu, ia mengatakan, Rasulullah saw bersabda:
مَنْ يُرِدِ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ
“Barang siapa yang dikehendaki Allah menjadi baik niscaya Allah akan memahamkannya terhadap agamanya.” (HR. Bukhari: 17, Muslim: 1037)
Kandungan hadis tersebut adalah:
فمن رزق الفقه في الدين على هذا الوجه : فذلك هو الدليل والعلامة على أن الله أراد به خيرا ، ومن حرم ذلك ، وصار مع الجهلة والضالين عن السبيل ، المعرضين عن الفقه في الدين ، وعن تعلم ما أوجب الله عليه ، وعن البصيرة فيما حرم الله عليه : فذلك من الدلائل على أن الله لم يرد به خيرا…… وذلك علامة الهلاك والدمار ، وعلامة فساد القلب وانحرافه عن الهدى
“Barang siapa yang dianugerahi pemahaman terhadap agama sesuai dengan sisi ini maka itu adalah tanda dan alamat bahwa Allah menginginkan kebaikan untuk dirinya.
Dan barang siapa yang terhalangi dari hal itu sehingga ia bersama dengan orang-orang bodoh, tersesat dari jalan yang benar, dan berpaling dari memahami agama, mempelajari apa yang telah diwajibkan Allah atas dirinya, serta berpaling dari ilmu yang berkaitan dengan apa yang diharamkan Allah, maka ini adalah tanda bahwa Allah tidak menginginkan kebaikan untuk dirinya.
Dan itulah tanda kebinasaan, malapetaka, serta tanda rusaknya hati dan berpalingnya dari hidayah.” (Majmu Fatawa Ibn Baz: 9/129-130)
Oleh sebab itu, jika kita dimudahkan dan diberi kemauan untuk perhatian serta merasa butuh dengan ilmu agama, ringan kaki kita untuk berjalan menuju majelis taklim, maka itu adalah tanda kebaikan dari Allah SWT.
Akan tetapi sebaliknya, jika kita merasa tidak butuh dengan ilmu agama karena mungkin mengira apa yang ada saat ini sudah cukup, sehingga malas untuk pergi ke majelis taklim, enggan membaca tulisan tentang agama, maka itu adalah tanda diri kita ini adalah diri yang buruk, Allah SWT sudah tidak menginginkan kebaikan lagi dari kita. (*/tim)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News