Sifat manusia ialah selalu merasa tidak cukup dan merasa kekurangan. Hal ini disindir dalam Surat An-Nisa ayat 32 dan Surat Hud ayat 6.
Karena itu, Rasulullah Saw di beberapa hadis menyampaikan pesan bagi kaum muslimin untuk bersikap qanaah (menerima ketetapan/pembagian Allah).
Salah satu contohnya pada hadis riwayat Abu Hurairah yang artinya,
“Yang namanya kaya bukanlah dengan memiliki banyak harta, akan tetapi yang namanya kaya adalah hati yang selalu merasa cukup (qanaah).” (HR. Bukhari no. 6446, Muslim no. 1051, Tirmidzi no. 2373, Ibnu Majah no. 4137).
Qanaah adalah obat dari penyakit hati manusia yang selalu merasa tidak puas.
Orang-orang yang qanaah itu ketika dia mendapatkan berapa pun dari hasil usahanya dia selalu bersyukur pada Allah dan menganggap bahwa apa yang diberikan Allah itu sesuatu yang besar, sesuatu yang berharga.
Oleh karena itu pantas jika sifat qanaah itu hanya dimiliki oleh orang-orang yang sudah terlatih jiwanya.
Biasanya itu dimiliki oleh para sufi orang-orang yang betul-betul yang sudah terlatih.
Para salafussalih menurutnya juga banyak memberikan keteladanan soal sikap qanaah.
Ketika mereka miskin atau kaya, mereka selalu bersyukur kepada Allah dan merasa puas atas segala nikmat yang dimiliki.
Mereka memahami Surat Ibrahim ayat 7 yang menyebut jika orang yang selalu bersyukur nikmatnya akan ditambah, sedangkan orang yang kufur akan memperoleh azab.
Oleh karena itu, kalau kita ingin hidup bahagia tenang tenteram senang, jangan serakah, hidup jangan selalu mengeluh.
Dalam hidup milikilah rasa qanaah, rasa syukur kepada Allah Swt. Sebab kalau kita tidak qanaah, maka gelisah badan kita.
Apalagi kalau kita membanding-bandingkan dengan orang lain, wah kita tidak akan mengalami ketenteraman hidup.
Jika hendak membandingkan hidup, Rasulullah sendiri kata Dadang memberi tuntunan untuk membandingkan diri dengan yang memperoleh nikmat lebih rendah sehingga dapat membangkitkan syukur.
Jika berusaha, penghasilan perempuan dan laki-laki itu semua bergantung pada usaha masing-masing, tapi jangan kamu iri tetapi hendaknya kita bersyukur dan qanaah dalam menerima anugerah dan karunia dari Allah subhanahu wa ta’ala.
Insya Allah kita akan mendapatkan kebaikan bahagia dunia akhirat. (*)
(Disarikan dari ceramah Prof Dadang Kahmad yang dirilis muhammadiyah.or.id)