Sehingga yang masuk ke pintu tersebut adalah mereka yang telah menerima dan mengimani. Jika belum mengimani maka seseorang itu tidak bisa dikategorikan masuk Islam.
Sehingga perintah-perintah keagamaan kepada orang-orang Islam pada gholib-nya dimulai dengan seruan: “wahai orang-orang yang beriman”.
Masalahnya kemudian adalah ketika seseorang telah masuk ke pintu utama (main gate) Islam itu, yang bersangkutan belum tentu telah melaksanakan semua tuntunan (kurikulum) hidup yang digariskan oleh Islam.
Itulah sebabnya Allah menyeru mereka untuk masuk ke dalam agama dengan penyebutan: SILM secara sempurna seperti di ayat berikut.
Kedua, dari salima juga terlahir kata “SILM” (السلم). Seperti yang disebutkan dalam Alquran: “Wahai orang-orang yang beriman, masuklah kalian ke dalam silm (agama Islam) secara kaffah (sempurna)”.
Islam pada sisi “SILM” ini merupakan rincian tuntunan atau kurikulum hidup (manhaj kehidupan) yang tercakup dalam tatanan agama Islam. Tuntunan itu terbagi kepada empat bagian yang saling terkait: akidah, ibadah, muamalat dan akhlak.
Akidah adalah tuntunan yang terkait dengan aspek keimanan seorang Muslim. Hanya saja aspek ini tidak nampak.
Dan karenanya perlu pembuktian dalam bentuk ibadah. Namun ibadah perlu juga dibuktikan dalam relasi sosial yang disebut muamalat.
Tapi muamalat itu hanya akan bernilai ketika terbangun di atas etika yang disebut akhlak. Sehingga etika menjadi intisari dari religiositas seseorang.
Maka ketika orang-orang yang sudah masuk ke dalam tatanan Islam (Al-Islaam) diseru untuk masuk Islam secara menyeluruh (As-SILM) agar mereka memastikan bahwa akidah mereka benar, ibadah mereka benar, muamalat mereka benar, dan akhlak mereka mulia.
Tiga, kata Salima akhirnya melahirkan kata “as-salaam” (السلام). Bahwa ketika keislaman (SILM) itu telah disempurnakan (akidah, ibadah, muamalat, akhlak) maka itulah yang akan melahirkan kedamaian dan ketenteraman dalam hidup manusia.
Karena itu, kedamaian sejati dalam pandangan Islam bukan sekedar tiadanya perang. Kedamaian dan ketenteraman hidup sejati justru hadir ketika Islam telah disempurnakan pada keempat aspeknya.