UM Surabaya

Mengapa Alquran bergerak ke arah yang berbeda, tidak mengulangi apa yang ada di dalam Alkitab, terutama ketika Alquran menyentuh masalah-masalah yang disebutkan dalam Alkitab tetapi tidak secara penuh atau utuh?

Menarik bahwa Alquran sering menyebutkan bahwa Allah menjadikan Bani Israil mewarisi tanah untuk ditinggali. Allah berfirman:

“Dan Kami wariskan kepada kaum yang tertindas itu, bumi bagian timur dan bagian baratnya yang telah Kami berkahi. Dan telah sempurnalah firman Tuhanmu yang baik itu (sebagai janji) untuk Bani Israil disebabkan kesabaran mereka” (QS 7: 137).

Pada ayat lain Allah menyebutkan: “Dan (ingatlah), ketika dikatakan kepada mereka (Bani Israil), “Diamlah di negeri ini (Baitulmaqdis) dan makanlah dari (hasil bumi)nya di mana saja kamu kehendaki.” Dan katakanlah, “Bebaskanlah kami dari dosa kami dan masukilah pintu gerbangnya sambil membungkuk, niscaya Kami ampuni kesalahan-kesalahanmu.” Kelak akan Kami tambah (pahala) kepada orang-orang yang berbuat baik” (QS 7: 161).

Kita bisa membaca dalam Alquran ada pengakuan bahwa Bani Israil merupakan adalah pewaris tanah yang dijanjikan. Dari perspektif Alquran, warisan diberikan dari satu generasi ke berikutnya.

Sebagai misal, dikatakan bahwa Allah menyatakan Bani Israil mewarisi Taurat. Tapi mewarisi Taurat tidak berarti bahwa mereka memilikinya sebagai properti eksklusif mereka sendiri selamanya, tetapi ia akan diturunkan dari generasi ke generasi berikutnya.

Ia akan dapat diakses oleh semua orang karena Taurat dapat dibaca dan dipelajari oleh siapa saja guna menemukan bimbingan di dalamnya.

Alquran menyifatinya dirinya sebagai kitab suci yang menyuguhkan bimbingan dan cahaya. Alquran berbicara tentang tanah yang dijanjikan, tapi kemudian memberikan peringatan tentang siapa saja boleh mewarisi dan kepada siapa janji Tuhan itu diperuntukkan.

Allah berfirman: “Dan sungguh, telah Kami tulis di dalam Zabur setelah (tertulis) di dalam Az-Zikr (Lauh Mahfuzh), bahwa bumi ini akan diwarisi oleh hamba-hamba-Ku yang saleh” (QS 21: 105).

Seolah-olah ada kontras di sini. Dalam Taurat disebutkan bahwa ‘Tanah ini diberikan kepada Anda. Ini adalah tanah yang dijanjikan untuk Anda.’

Kitab Ulangan bahkan mengatakan bahwa Bani Israil jangan berpikir bahwa mereka mewarisi tanah yang dijanjikan karena itu hak mereka. Tidak sama sekali. Ini semata-mata karena kebaikan Tuhan, bahwa Tuhan telah memilih mereka.

Ada aspek religius dalam hal ini. Sebuah kebaikan untuk meyakini bahwa bukan karena hak-hak kita yang membuat kita menerima nikmat dari Tuhan. Ini adalah kebaikan Tuhan pada kita.

Tetapi ketika kaum Bani Israil tegak di atas prinsip bahwa ‘Kami adalah orang-orang pilihan dan Tuhan telah memberi kami tanah ini karena kami adalah orang-orang yang dipilih,’ maka ini bertentangan dengan apa yang digambarkan Alquran.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini