Alquran mengatakan bahwa hanya orang-orang yang saleh (salihun) yang akan mewarisi tanah yang Allah berikan.
Dengan menyatukan dua penjelasan dalam Alquran tersebut, kita bisa menarik kesimpulan bahwa orang-orang yang saleh pada saat itu—dibandingkan dengan umat lain yang menyembah berhala dan tersesat—maka Tuhan telah memberikan bimbingan kepada Bani Israil sehingga merekalah sebagai umat yang dipilih.
Mereka adalah umat favorit Tuhan di bumi pada saat itu karena kepatuhan mereka pada tauhid dan kitab suci yang turun dari Allah melalui Nabi Musa dan nabi-nabi lain setelahnya. Alquran sangat jelas menyebutkan bahwa orang-orang salih adalah yang akan mewarisi.
Sebaliknya juga disebutkan dalam Alquran bahwa jika orang-orang tidak lagi berlaku saleh, maka warisan bakal ‘dialihkan’ kepada generasi lain. Saat Ibrahim berdoa kepada Allah agar keturunannya mendapatkan pertolongan dari Allah dan untuk mewarisi tanah atau bumi ini, itu pada dasarnya untuk mendapatkan manfaat dari semua buah-buahannya dan lain-lain, Allah berfirman:
“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat, lalu dia melaksanakannya dengan sempurna. Dia (Allah) berfirman, “Sesungguhnya Aku menjadikan engkau sebagai pemimpin bagi seluruh manusia.” Dia (Ibrahim) berkata, “Dan (juga) dari anak cucuku?” Allah berfirman, “(Benar, tetapi) janji-Ku tidak berlaku bagi orang-orang zalim.” (QS 2: 124).
Dengan kata lain, Allah pada dasarnya menyetujui apa yang diminta Ibrahim, tetapi bagi keturunan Ibrahim yang menindas, jangan berharap bantuan Tuhan akan diberikan kepada mereka.
Lalu, apa yang dikatakan oleh orang-orang Kristiani tentang tanah yang dijanjikan? Agama Kristen telah mewarisi Perjanjian Lama, yang bagi orang-orang Yahudi dinamakan Tanakh, atau Alkitab Ibrani (Hebrew Bible).
Orang-orang Kristen telah menambahkan tulisan-tulisan yang dikenal dengan Perjanjian Baru. Dalam tulisan-tulisan Perjanjian Baru, ada pengakuan yang jelas tentang Perjanjian Lama. Orang-orang Kristen menganggapnya sebagai satu buku, Alkitab—Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.
Keduanya saling mencerminkan. Perjanjian Baru meratifikasi yang lama, kecuali tentu saja ada sesuatu yang membatalkan Perjanjian Lama, seperti ketika Yesus mengatakan misalnya, “Kamu telah mendengar apa yang dikatakan” (You have heard it said).
Dia menggunakan frasa ini berulang kali untuk menggambarkan apa yang merupakan pengetahuan umum tentang perintah dalam Perjanjian Lama.
Yang menarik bahwa Perjanjian Baru tetap mengakui bahwa tanah yang dijanjikan memang untuk Bani Israil atau orang-orang Israel.