Dalam berpolitik misalnya, tidak sedikit dari elite muslim yang justru bersinergi dengan orang kafir dengan menyingkirkan kaum muslimin dengan berbagai pertimbangan.

Mereka banyak berkalkulasi dengan otak dan perhitungan materi, tanpa menggantungkan atau bersandar kekuasaan Allah.

Cara berpikir seperti ini, mereka seolah-olah berpolitik dengan mengandalkan nalar murni tanpa mengggantungkan diri pada kekuasaan dan bantuan Allah.

Menyisihkan Allah dalam berpolitik sama saja mengelimininasi atau keragukan peranan Allah dalam membantu kaum muslimin.

Bukankah ini sama dengan meragukan akan kekuasaan Allah dalam menopang kekuatan kaum muslimin dalam mengalahkan orang kafir.

Sementara Allah menegaskan bahwa Alquran merupakan kitab suci yang agung dan karunia terbesar dari Allah. Hal ini ditegaskan Allah sebagaimana firman-Nya:

قُلْ بِفَضْلِ اللّٰهِ وَبِرَحْمَتِهٖ فَبِذٰلِكَ فَلْيَـفْرَحُوْا ۗ هُوَ خَيْرٌ مِّمَّا يَجْمَعُوْنَ

“Katakanlah (Muhammad), “Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Itu lebih baik daripada apa yang mereka kumpulkan.” (QS. Yunus : 58). (*)

Surabaya, 4 Januari 2024

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini