Dengan demikian kehidupan keagamaan (Iman, ibadah, akhlak) akan dengan sendirinya terekspos dalam kehidupan seseorang dan pada segala aspeknya (pribadi, keluarga dan publik).

Pada aspek pribadi tentu secara common sense dapat dinilai melalui komitmen seseorang dalam salat, membaca Alquran, dan seterusnya. Pada aspek keluarga juga dengan gamblang dapat dilihat tanpa perlu saya rincikan.

Demikian pula pada aspek sosial (jama’i) akan nampak pada muamalat dan khuluqiyat. Kesabaran dan kemampuan mengontrol emosi misalnya menjadi pertanda keagamaan seseorang.

Yang ingin saya garis bawahi kali ini adalah betapa blunder and konyol sebagian, apalagi mereka yang paham agama (Islam) dengan mengatakan bahwa memilih pemimpin tidak ada urusan dengan akidah dan agama.

Pemikiran seperti ini, sadar atau tidak adalah pemikiran yang teracuni oleh pandangan sekularistik. Pandangan yang jelas bertentangan dengan nilai kehidupan Indonesia sebagai negara Pancasila yang berketuhanan.

Semoga blunder dan kekonyolan itu segera disadari! (*)

Manhattan City, 4 Januari 2024

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini