Alquran mengkonfirmasi bahwa lahirnya generasi yang baik dan berkualitas atas kehendak-Nya. Nabi Zakaria bisa dijadikan sebagai contoh.
Beliau di usia tua renta belum memiliki generasi yang akan mewarisi tugas yang mulia. Beliau mengimpikan lahirnya generasi unggul yang siap mewarisi ilmunya.
Beliau sangat sabar dan bersungguh-sungguh dalam berdoa dengan menumpahkan kegelisahannya akan terputusnya generasi bila ajal menjemputnya. Allah pun merekam kegelisahan itu sebagaimana firman-Nya:
وَاِ نِّيْ خِفْتُ الْمَوَا لِيَ مِنْ وَّرَآءِيْ وَكَا نَتِ امْرَاَ تِيْ عَا قِرًا فَهَبْ لِيْ مِنْ لَّدُنْكَ وَلِيًّا
“Dan sungguh, aku khawatir terhadap kerabatku sepeninggalku, padahal istriku seorang yang mandul, maka anugerahilah aku seorang anak dari sisi-Mu,” (QS. Maryam : 5)
Jamaah Jumat yang dirahmati Allah.
Allah mengabulkan doanya dengan lahirnya Nabi Yahya. Nabi Yahya merupakan generasi yang berkualitas dan berbobot. Hal ini karena kesungguhan Nabi Zakaria ketika berdoa yang tulus.
Nabi Yahya merupakan wujud manusia shalih yang berbakti pada orang tuanya, sehingga pantas menerima risalah kenabian.
Nabi Zakaria juga mendapatkan anugerah anak shalihah karena petunjuk Allah. Hal ini tergambar dengan berhasilnya mendidik generasi yang suci yang terjaga dari perbuatan zina.
Perempuan ini pun mendapatkan kabar berupa karunia besar berupa lahirnya anak, tanpa melalui proses pernikahan pada umumnya.
Dia pun hamil tanpa sentuhan seorang laki-laki. Bahkan beliau dikaruniai seorang anak laki-laki yang nanti akan berbakti kepada orang tua dan dan manusia agung. Lahirnya Isa bin Maryam tidak lepas dari ibunya yang terkenal ahli ibadah.