Keempat, ibadah menghadirkan pencerahan batin, merasa nikmat dengan ibadahnya.
Perilaku Nabi Muhammad saw sebagaimana diceritakan oleh ‘Aisyah RA:
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم إِذَا صَلَّى قَامَ حَتَّى تَفَطَّرَ رِجْلاَهُ قَالَتْ عَائِشَةُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَتَصْنَعُ هَذَا وَقَدْ غُفِرَ لَكَ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ فَقَالَ «يَا عَائِشَةُ أَفَلاَ أَكُونُ عَبْدًا شَكُورًا»
“Rasulullah SAW biasanya jika beliau salat, beliau berdiri sangat lama hingga kakinya mengeras kulitnya. ‘Aisyah bertanya, ‘Wahai Rasulullah, mengapa engkau sampai demikian? Bukankan dosa-dosamu telah diampuni, baik yang telah lalu maupun yang akan datang? Rasulullah besabda: ‘Wahai Aisyah, bukankah semestinya aku menjadi hamba yang bersyukur?” (HR. Bukhari no. 1130, Muslim no. 2820).
Hadis, Rasulullah saw bersabda:
وَجُعِلَ قُرَّةُ عَيْنِي فِي الصَّلاَةِ
“Dan dijadikan penyejuk mataku di dalam salat.” (HR. an-Nasai, hasan)
Kelima, ibadah memiliki makna preservatif, pengawetan dalam diri dengan manfaat jangka panjang, contoh: jika nggak puasa akan menimbulkan efek negatif dalam diri.
Nabi Muhammad saw bersabda:
عَنْ أَبِى أُمَامَةَ أَنَّ رَجُلاً سَأَلَ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم مَا الإِيمَانُ قَالَ: إِذَا سَرَّتْكَ حَسَنَتُكَ وَسَاءَتْكَ سَيِّئَتُكَ فَأَنْتَ مُؤْمِنٌ قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ فَمَا الإِثْمُ قَالَ «إِذَا حَاكَ فِى نَفْسِكَ شَىْءٌ فَدَعْهُ»
“Jika perbuatan baikmu membuatmu gembira dan perbuatan burukmu membuatmu bersedih, berarti kamu seorang Mukmin, Kemudian dia bertanya: ‘Apa itu dosa?’ Beliau menjawab: ‘Jika suatu perkara singgah di dadamu kemudian engkau menolaknya.” (HR Ahmad)
Sabda Nabi Muhammad saw:
اِفْعَلُوْا الْخَيْرَ دَهْرَكُمْ، وَتَعَرَّضُوْا لِنَفَحَاتِ رَحْمَةِ اللهِ، فَإنَّ لِلهِ نَفَحَاتٍ مِنْ رَحْمَتِهِ يُصِيْبُ بِهَا مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَسَلُوْا اللهَ أَنْ يَسْتُرَ عَوْرَاتِكُمْ وَأَنْ يُؤْمِنَ رَوْعَاتِكُمْ
“Berbuat baiklah di sepanjang masa kalian. Bersiap dan sambutlah embusan rahmat kasih sayang Allah ‘azza wajalla. Sesungguhnya Allah ‘azza wajalla memiliki hembusan-hembusan pada rahmat dan kasih-Nya, yang akan diraih oleh para hamba yang dikehendaki-Nya. Dan memohonlah kepada Allah ‘azza wajalla agar menutup aurat (keburukan) kalian dan menentramkan kalian dari rasa takut dan kecemasan” (HR. Ath-Thabrani dalam “Al-Kabir” no: 720 dari Anas bin Malik RA/Hasan)
Penutup
Dari uraian poin-poin di atas dapat disimpulkan bahwa al-‘ibadatus salimah (ibadah yang benar) akan menghasilkan pengaruh-pengaruh yang positif pada jiwa kita, yakni menjadikan hidup terasa lebih bermakna.
Hadzanallahu waiyyakum. (*)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News