UM Surabaya

Kemampuan intelektual beraneka ragam. Kemampuan bahasa, menghitung, mengingat, berpikir, dan lain-lain.

Dengan kata lain kemakmuran masyarakat tengantung pada keberhasilan pendidikanya dalam mengarap kekayaan yang terpendam pada setiap individu.

Sepertinya tidak terlalu susah kita untuk mencari bukti-bukti dalam hal ini. Ada negara-negara yang sumber alamnya sangat miskin, tetapi negaranya sangat kaya, seperti Jepang, sebab pendidikannya berhasil menggarap kekayaan yang terpendam pada setiap individunya.

Sebaliknya, ada pula negara-negara yang sumber alamnya sangat kaya, tetapi rakyatnya sangat miskin.

Seperti kata pepatah: “ayam di ladang kelaparan mari kelaparan, itik di sungai mati kehausan”. Maksudnya walaupun ayam di kelilingi oleh lumbung padi, atau itik berenang di air, tetapi tidak tahu atau tidak berkemampuan mencari makan dan minum.

Ini disebabkan oleh ketidakberhasilan sistem pendidikan mengajarkan ilmu dan keterampilan untuk mengolah kekayaan alam yang berlimpah-limpah itu. Dan inilah masalah yang terjadi akhir-akhir ini.

Pendidikan Barat

Pendidikan barat, seperti yang kita tahu, lahir dari paham sekularisme. Sekularisme merupakan induk dikotomi pendidikan, yakni pemisahan antara pendidikan kognitif[

Kognitif dalam KBBI; diartikan sebagai sesuatu hal yang berhubungan dengan atau melibatkan kognisi berdasarkan kepada pengetahuan faktual yang empiris.

Akademis dalam KBBI; 1. berhubungan dengan akademi, 2. bersifat ilmiah; bersifat ilmu pengetahuan; bersifat teori, tanpa arti praktis yang langsung).

Dikotomi dalam KBBI; adalah pembagian atas dua kelompok yang saling bertentangan.

Sekolah hanya bertanggung jawab atas kemampuan akademis. Pembentukan kepribadian diserahkan kepada keluarga dan kelompok agama masing-masing.

Dikotomi seperti ini mengandung pendidikan yang bebas nilai. Sehingga terkesan memisahkah-memisahkah suatu kajian ilmu yang seharusnya disatukan.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini