Terdapat pesan yang teramat berharga bagi seluruh umat Islam dari Rasulullah Saw. Beliau dengan tegas menyeru agar setiap muslim mampu menahan amarahnya, dengan keyakinan bahwa di balik pengendalian diri tersebut tersimpan janji surga dari Allah SWT.
Pesan Rasulullah ini dapat dijumpai dalam hadits yang tercatat dalam Kitab Al Mu’jamul Ausath Nomor 2374. Rasulullah SAW menyampaikan petuah luhur ini dengan kata-kata yang mendalam,
لاَ تَغْضَبْ وَلَكَ الْجَنَّةُ
Artinya: “Jangan kamu marah, maka bagimu Surga (akan masuk Surga).” (HR Ath-Thabrani).
Ketegasan dalam larangan untuk tidak membiarkan amarah menguasai hati tidak hanya sebagai bentuk kendali diri, melainkan juga sebagai kunci untuk meraih kebahagiaan abadi di akhirat. Pesan ini menegaskan bahwa kekuatan untuk menahan amarah merupakan investasi spiritual yang berujung pada surga sebagai ganjaran dari Sang Pencipta.
Hadis ini merupakan sebuah panggilan untuk menjadikan ketenangan dalam menghadapi kemarahan sebagai bentuk ibadah dan pengabdian kepada Allah.
Dalam esensi yang lebih luas, pesan Rasulullah ini mengajarkan tentang pentingnya menjaga hubungan baik dengan sesama, meredakan konflik, dan mengamalkan kedamaian sebagai bagian integral dari ajaran Islam.
Dalam ajaran Islam, Rasulullah SAW memberikan pedoman yang bijaksana mengenai pengendalian amarah. Beliau bersabda, “Jika salah seorang di antara kalian marah ketika berdiri, maka hendaklah ia duduk. Apabila marahnya tidak hilang juga, maka hendaklah ia berbaring!” Pesan ini mengandung wawasan mendalam tentang hubungan antara postur tubuh dan kondisi emosional.
Rasulullah menekankan bahwa berdiri memiliki potensi untuk mempercepat timbulnya kemarahan dan ketegangan, lebih dari pada ketika seseorang duduk atau berbaring. Ini merupakan seruan untuk memahami bahwa mengubah posisi tubuh dapat memberikan efek positif terhadap kendali emosi, sehingga mampu mencegah konfrontasi yang tidak diinginkan.
Apabila kemarahan tetap menyala, Rasulullah menyarankan untuk berwudhu. Tindakan ini bukan hanya sebagai kewajiban ritual, tetapi juga sebagai sarana spiritual untuk menenangkan diri dan memadamkan api amarah. Wudhu, dalam konteks ini, dianggap sebagai bentuk penyucian jiwa yang dapat membawa kedamaian dan kesejukan.
Islam juga mengajarkan prinsip untuk tidak membalas keburukan dengan keburukan yang berlebihan.
Hal ini sesuai firman Allah dalam Surah An-Nahl (16:126), “Jika kamu membalas (menghukum), maka balaslah dengan yang semisal (dengan keburukan) yang telah mereka lakukan, tetapi jika kalian bersabar, itu lebih baik bagi orang-orang yang sabar.”
Pesan ini mengajarkan pentingnya kesabaran dan menolak untuk merespons keburukan dengan keburukan yang berlebihan. Dengan demikian, umat Islam diajak untuk menjaga kontrol diri, berusaha mencapai solusi damai, dan mempraktikkan nilai-nilai kearifan dalam menghadapi konflik.
Dalam keseluruhan, ajaran Rasulullah dan prinsip Islam memberikan panduan holistik untuk membangun masyarakat yang harmonis dan damai melalui penguasaan diri dan penyelesaian konflik dengan cara yang bijaksana. (*/tim)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News