Kepemimpinan Profetik Meneladani Empat Sifat, Apa Saja?
foto: getty images
UM Surabaya

Kepemimpinan profetik adalah kepemimpinan yang menerapkan karakter kepemimpinan rasul atau para nabi terutama kepemimpinan yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad saw.

Kepemimpinan profetik meneladani empat sifat wajib karakter utama Rasul yakni sidiq, amanah, tabligh, dan fatonah.

Pemimpin yang Sidiq memiliki arti jujur yang dalam arti yang luas berintegritas.

Jadi, bukan sekadar jujur tetapi dalam diri seorang pemimpin memiliki sikap yang tegas sesuai dengan apa yang diucapkan dan dipikirkan dan dilakukan dan selalu bepihak pada kebenaran.

Kemudian pemimpin memiliki sifat amanah atau terpercaya. Maknanya ketika kita mendapatkan tanggung jawab, mendapatkan tugas dari masyarakat yang memberikan mandat kepada kita maka kita harus melaksanakan dengan sebaik-baiknya.

Tanggung jawab seorang pemimpin ketika memegang amanah bersifat vertikal maupun horizontal yang berpegang teguh pada Allah swt dan berpegang pada amanah umat yang mempercayai kita.

Kemudian sifat yang ketiga adalah tabligh yang artinya menyampaikan. Rasul memiliki karakter utama adalah penyampai atau deliver. Karakter menyampaikan ini dalam arti apa yang pemimpin sampaikan harus diterima dan dipahami oleh orang lain.

Maka harus membedakan antara mengirim atau to send dengan menyampaikan atau to deliver.

Apa yang kita kirim belum tentu sampai tetapi kalau menyampaikan kita pastikan apa yang kita berikan sampai kepada pihak sasaran.”

Selanjutnya, sifat Fatonah atau cerdas yang ditandai dengan kemampuan berpikir krisis kreatif dan inovatif.

Kita harus selalu curiga, harus selalu skeptis terhadap hal yang masuk dalam pikiran kita karena bersikap skeptis adalah awal mula dari pikiran kritis.

Berpikir kritis akan membuat orang berpikir kreatif, kreatif. Termasuk dalam hal kemampuan stimulus untuk menerima hal baru dan kemudian bisa merespons dengan tepat. Kalau itu masalah, maka dia bisa mencari solusi atas masalah itu.

Peran perempuan dalam hal kepemimpinan ini menjadi krusial bahkan penentu. Karena kita tahu tidak ada sebuah bangsa yang tumbuh besar tanpa perempuan karena dari perempuan akan menjamin bahwa proses regenerasi proses keberlangsungan sebuah bangsa akan terjadi. (*)

(Disarikan dari ceramah Prof Muhadjir Effendy di Pengajian Ramadan 1444 H Pimpinan Pusat Aisyiyah, 9 April 2023).

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini