Di acara Tabligh Akbar Milad ke-9 Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya (Umtas), Sekretaris Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Abdul Mu’ti mengungkapkan bahwa Muhammadiyah itu berdimensi islah tidak istikamah.
Abdul Mu’ti menjelaskan, dimensi islah yang ia rangkaikan penyebutannya dengan dimensi pembaharuan dan peningkatan. Di sisi lain, Muhammadiyah tidak boleh menjadi organisasi yang istikamah dalam pengertian dari dulu sampai sekarang sama saja tidak ada peningkatannya.
“Harus ada sesuatu yang baru, harus ada sesuatu yang kita tawarkan tapi pendekatannya islahi, bukan pendekatan taghyiri. Pendekatannya reformis, bukan revolusi. Karena pendekatannya reformis, maka Muhammadiyah tidak mengambil langkah konfrontasi,” ungkap Mu’ti, Rabu (10/1/2023) di Umtas.
Oleh karena itu, Abdul Mu’ti mengungkapkan bahwa fastabiqul khairat bukan sebagai konfrontasi yang didasari oleh rivalitas, tapi persaingan yang ksatria. Sehingga kalau Muhammadiyah mendirikan sekolah, itu bukan karena organisasi lain mendirikan sekolah, begitu juga alasan pendirian AUM yang lain.
“Kita bangun klinik supaya kebutuhan masyarakat itu terpenuhi, begitulah yang dimaksud dengan gentlemen competition. Itu bukan rivalry confrontation,” beber Abdul Mu’ti.
Di sisi lain, keberadaan suatu AUM juga bagian dari institusionalisasi amal salih, objektifikasi atau pelembagaan amal salih. Sebagai objektifikasi amal salih, maka AUM tersebut diakui karena kualitasnya yang bagus, atau unik. Karena itu, tidak sedikit murid dan mahasiswa Muhammadiyah bukan dari keluarga Muhammadiyah, bahkan dari luar Agama Islam. (*/tim)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News