Pelajaran yang terdapat di dalam hadis:
Pertama, ini adalah penegasan Nabi saw saat khotbah Haji Wada’. Dengan tegas Nabi saw menyatakan bahwa identitas ketakwaan atau Islam itulah satu-satunya identitas yang ada, sementara identitas kesukuan, etnis dan bangsa semuanya telah dilebur dalam identitas keislaman.
Karena itu meski suku, etnis dan bangsa tertentu jumlahnya banyak, itu tidak menentukan kedudukannya di dalam Islam. Yang menentukan adalah kualitas ketakwaan atau keislamannya.
Kedua, dengan demikian aspek dan faktor kesukuan, etnis dan bangsa yang menjadi penyebab lahirnya kelompok mayoritas dan minoritas jelas telah dihapus oleh Islam.
Sebabnya, siapa pun sama kedudukannya di dalam Islam.
Inilah yang juga ditunjukkan oleh Nabi saw. ketika beliau mengangkat Muhammad bin Maslamah untuk menjadi pimpinan sementara di Madinah, selama Nabi saw. tidak berada di tempat saat berperang.
Padahal Muhammad bin Maslamah bukan dari suku Quraisy. Begitu juga Abu Bakar yang dari suku Quraisy menjadi Khalifah, menggantikan Nabi saw, meski suku Quraisy di Madinah merupakan suku minoritas karena yang menjadi pertimbangan bukan faktor kesukuan, tetapi keislamannya.
Ketiga, Rasulullah saw datang salah satunya juga dalam rangka menghapus dan menenggelamkan superioritas suku dan kaum tertentu.
Bagaimana tidak? hal ini terlihat dari fakta historis yang mengungkap bahwa aspek kesukuan pada masa itu masih sangat kental.
Keempat, juga Islam datang salah satu juga dalam rangka menghapus adanya perbudakan dan penjajahan.
Bagaimana tidak? hal ini terlihat dari fakta ajarannya dan perjalanan sejarah membuktikan, di antara sebagai ciri has ajarannya yaitu: Alinsan wal musawah (persamaan harkat dan martabat).
Karomatul insan (memuliakan kehidupan manusia), kemerdekaan yang bertanggung jawab. Al wahdah wal ukhuwah (persatuan dan persaudaraan).
Fakta sejarah, dengan berjalannya waktu secara berangsur-angsur perbudakan lenyap dari negeri-negeri Islam. Dan dalam sejarah Islam dan umatnya tidak pernah menjadi penjajah.