Pelecehan terhadap Nilai-Nilai Profetik

Para penolak nilai-nilai pada umumnya sebelum menolak ajaran Nabi mengawali dengan membunuh karakter Nabi.

Mereka menyematkan berbagai tuduhan dan stigma buruk. Tuduhan itu ujungnya ingin menghilangkan eksistensi petunjuk.

Penolakan terhadap petunjuk itu berujung pada bencana dan musibah hingga menghilangkan eksistensinya.

 

Stigma Penghinaan

Para Nabi ketika mendakwahkan nilai-nilai profetik tidak lepas dari stigma buruk. Stigma buruk dengan membunuh karakternya.

Kebohongan itu disebutkan dengan membalik dari karakter amanah menjadi khianat, dari karakter jujur menjadi pembohong.

Salah satu tuduhan terhadap Nabi Hud ketika mengajak kaumnya menyembah kepada Allah. Nabi Hud justru diancam balik untuk membuktikan ucapannya.

Hal ini diabadikan Alquran sebagaimana firman-Nya:

قَا لُـوْۤا اَجِئْتَنَا لِنَعْبُدَ اللّٰهَ وَحْدَهٗ وَنَذَرَ مَا كَا نَ يَعْبُدُ اٰبَآ ؤُنَا ۚ فَأْتِنَا بِمَا تَعِدُنَاۤ اِنْ كُنْتَ مِنَ الصّٰدِقِيْنَ

“Mereka berkata, “Apakah kedatanganmu kepada kami, agar kami hanya menyembah Allah saja dan meninggalkan apa yang biasa disembah oleh nenek moyang kami? Maka buktikanlah ancamanmu kepada kami, jika kamu benar!”(QS. Al-A’raf: 70)

Setelah menantang balik maka Nabi Hud distigma sebagai orang yang kurang waras.
Hal ini sebagaimana termaktub dalam Alquran:

قَا لَ الْمَلَاُ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا مِنْ قَوْمِهٖۤ اِنَّا لَــنَرٰٮكَ فِيْ سَفَاهَةٍ وَّاِنَّا لَــنَظُنُّكَ مِنَ الْـكٰذِبِيْنَ

“Pemuka-pemuka orang-orang yang kafir dari kaumnya berkata, “Sesungguhnya kami memandang kamu benar-benar kurang waras dan kami kira kamu termasuk orang-orang yang berdusta.”(QS. Al-A’raf: 66)

Bantahan atas tuduhan pun sudah disampaikan sebagai bukti telah tersampaikannya risalah.

Nabi Hud pun sudah mengancam dengan adanya bencana bila menolak risalah.

قَا لَ قَدْ وَقَعَ عَلَيْكُمْ مِّنْ رَّبِّكُمْ رِجْسٌ وَّغَضَبٌ ۗ اَتُجَا دِلُوْنَنِيْ فِيْۤ اَسْمَآءٍ سَمَّيْتُمُوْهَاۤ اَنْـتُمْ وَاٰ بَآ ؤُكُمْ مَّا نَزَّلَ اللّٰهُ بِهَا مِنْ سُلْطٰنٍ ۗ فَا نْتَظِرُوْۤا اِنِّيْ مَعَكُمْ مِّنَ الْمُنْتَظِرِيْنَ

“Dia (Hud) menjawab, “Sungguh, kebencian dan kemurkaan dari Tuhan akan menimpa kamu. Apakah kamu hendak berbantah denganku tentang nama-nama (berhala) yang kamu dan nenek moyangmu buat sendiri, padahal Allah tidak menurunkan keterangan untuk itu? Jika demikian, tunggulah! Sesungguhnya aku pun bersamamu termasuk yang menunggu.”(QS. Al-A’raf : 71)

Pendustaan terhadap Nabi yang lain juga berlaku, sebagaimana yang menimpa pada Nabi Shalih.

Mereka mengancam agar mendatangkan ancaman itu dengan menyembelih unta yang sebelumnya mereka minta sendiri. Hal ini ditegaskan Allah sebagaimana firman-Nya:

فَعَقَرُوا النَّا قَةَ وَعَتَوْا عَنْ اَمْرِ رَبِّهِمْ وَ قَا لُوْا يٰصٰلِحُ ائْتِنَا بِمَا تَعِدُنَاۤ اِنْ كُنْتَ مِنَ الْمُرْسَلِيْنَ

“Kemudian mereka sembelih unta betina itu, dan berlaku angkuh terhadap perintah Tuhannya. Mereka berkata, “Wahai Saleh! Buktikanlah ancaman kamu kepada kami, jika benar engkau salah seorang rasul.” (QS. Al-A’raf: 77)

Pelecehan terhadap nilai-nilai profetik juga menimpa Nabi Luth. Beliau mengalami pelecehan dengan ancaman pengusiran ketika mengajak kaumnya meninggalkan perilaku seks menyimpang.

Bahkan Nabi Luth distigma sebagian manusia sok suci. Hal ini diabadikan Allah sebagaimana firman-Nya :

وَمَا كَا نَ جَوَا بَ قَوْمِهٖۤ اِلَّاۤ اَنْ قَا لُـوْۤا اَخْرِجُوْهُمْ مِّنْ قَرْيَتِكُمْ ۚ اِنَّهُمْ اُنَا سٌ يَّتَطَهَّرُوْنَ

“Dan jawaban kaumnya tidak lain hanya berkata, “Usirlah mereka (Luth dan pengikutnya) dari negerimu ini, mereka adalah orang yang menganggap dirinya suci.”(QS. Al-A’raf: 82)

Kaum Nabi Syuaib juga menolak risalah dengan mengusir bila tak kembali ke jalan nenek moyang.

قَا لَ الْمَلَاُ الَّذِيْنَ اسْتَكْبَرُوْا مِنْ قَوْمِهٖ لَـنُخْرِجَنَّكَ يٰشُعَيْبُ وَا لَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مَعَكَ مِنْ قَرْيَتِنَاۤ اَوْ لَـتَعُوْدُنَّ فِيْ مِلَّتِنَا ۗ قَا لَ اَوَلَوْ كُنَّا كَا رِهِيْنَ

“Pemuka-pemuka yang menyombongkan diri dari kaum Syu’aib berkata, “Wahai Syu’aib! Pasti kami usir engkau bersama orang-orang yang beriman dari negeri kami, kecuali engkau kembali kepada agama kami.” Syu’aib berkata, “Apakah (kamu akan mengusir kami), kendatipun kami tidak suka?” (QS. Al-A’raf : 88)

Bahkan para penolak kebenaran itu mengancam pengiiut Nabi Syuaib akan dipailitkan bila mengikuti petunjuk nabi mereka. Hal.ini dinarasikan dengan baik sebagaimana firman-Nya :

وَقَا لَ الْمَلَاُ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا مِنْ قَوْمِهٖ لَئِنِ اتَّبَعْتُمْ شُعَيْبًا اِنَّكُمْ اِذًا لَّخٰسِرُوْنَ

“Dan pemuka-pemuka dari kaumnya (Syu’aib) yang kafir berkata (kepada sesamanya), “Sesungguhnya jika kamu mengikuti Syu’aib, tentu kamu menjadi orang-orang yang rugi.”(QS. Al-A’raf : 90)

 

Ujung Kehinaan

Akhir perjalanan para penentang nilai-nilai profetik itu berakhir hina dan menistakan para penolaknya.

Kalau saat ini banyak bencana seperti gempa, longsor, gunung meletus hingga krisis ekonomi dan krisis politik, bisa jadi karena banyaknya perilaku yang mirip dengan apa yang dilakukan para nabi sebelumnya.

Perilaku elite politik yang tiada henti melahirkan kebijakan yang kontroversial, melahirkan kesengsaraan di tengah masyarakat. Alih-alih menyadari kesalahannya, elite politik justru memperkarakan siapa pun yang mengkritik kebijakannya.

Koruptor yang melenggang bebas dengan hukuman berat, membuat mereka tak memiliki rasa jera.

Krisis ekonomi politik di negeri ini bukan diselesaikan dengan merangkul berbagai pihak yang bisa diharapkan kontribusinya.

Mereka justru sibuk menciptakan kebijakan untuk menyingkirkan manusia-manusia potensial.

Para elite politik pun bukan merangkul umat Islam yang selama ini menjadi korban. Mereka justru memperkarakan siapapun yang mengkritik kebijakannya.

Kaum terdidik Indonesia sudah mengingatkan pentingnya mengunjungi tinggi nilai-nilai amanah dan kejujuran.

Namun yang terjadi justru lebih ironis, di mana para pengkritik justru dicari kasusnya.

Mengkritik semata dilakukan untuk menghilangkan kasusnya dan menuntut balik para pengkritiknya. (*)

Madinah, 10 April 2023

Penulis: Dr SLAMET MULIONO REDJOSARI, Wakil Ketua Majelis Tabligh Muhammadiyah Jawa Timur

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini