Syaikh Ibnu Ajibah berkata yang dimaksud dengan amal adalah gerakan yang dilakukan oleh anggota badan atau getaran hati. Amal adalah harakah al-jism atau harakah al-qalb.
Amal yang sesuai dengan syariat dinamakan tha’at. Amal yang tidak sesuai dengan syariat dinamakan ma’shiyat. Yang dimaksud nuqshan al-raja’, ialah berkurangnya harapan kepada anugerah Allah.
Hendaknya ia senantiasa mengharap kepada rahmat Allah, baik dalam keadaan susah maupun senang, baik dalam keadaan taat maupun maksiat kepada Allah.
Yang dimaksud ‘inda wujud al-zalal adalah ketika terjadi kesalahan dalam kaitannya dengan orang yang menempuh jalan kepada Allah, misalnya ketika ia berkurang ibadahnya kepada Allah, lupa menjalani wiridnya, atau terpeleset melakukan maksiat kepada Allah.
Dalam Hikmah ini, Ibnu Athaillah menyampaikan bahwa janganlah engkau mengandalkan pada amalmu, tetapi bersandarlah kepada Allah.
Sebab amal perbuatanmu itu tidak terjadi kecuali karena daya dan kekuatan yang datang dari Allah dan ganjaran yang engkau dapat itu tidak lain adalah karena anugerah Allah.
Janganlah engkau mengandalkan amalmu, tetapi Bersandarlah kepada Allah yang memberi pertolongan kepadamu, sehingga engkau sanggup beramal mengerjakan perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya.
Jika suatu ketika engkau tergelincir berbuat kesalahan, mudah-mudahan Allah mengampuni kesalahanmu dan menunjukkan kepadamu jalan yang diridhai.
Orang yang beribadah kepada Allah dapat dibedakan menjadi dua golongan. Pertama, orang yang mengandalkan amalnya.
Orang yang mengandalkan amalnya mempunyai pandangan bahwa yang mewujudkan amal perbuatan adalah dirinya. Ia memandang bahwa amal adalah harga yang harus dibayarkan untuk memperoleh ganjaran atau agar masuk surga.