Saat ini kehidupan manusia dimudahkan oleh teknologi digital nirkabel, internet. Komunikasi antar daerah serta informasi paling aktual pun dapat diakses secara langsung.
Dalam aspek sosial, internet juga membuat interaksi maya lewat media sosial (medsos).
Siapa pun bahkan bisa mengekspresikan sisi lain dirinya secara vulgar yang sama sekali berbeda dengan personalitasnya di dunia nyata.
Melihat realitas ini, kaum muslimin agar berhati-hati dalam bermain di media sosial, terutama di bulan suci Ramadan.
Di media sosial memang tidak ada yang memberikan batasan apa pun. Tapi kita sebagai orang beriman berhati-hatilah.
Jangan sampai perkataan kita yang masuk di media sosial yang kita ketik, yang kita buat kalau kita share menimbulkan ketidakbaikan di masyarakat.
Apakah itu kabar bohong, apakah itu kabar dusta, apakah itu kabar yang kita buat-buat.
Bahwa di akhirat kelak, semua organ tubuh akan bersaksi atas perbuatan di dunia. Termasuk dalam kaitan ini adalah memposting hal-hal yang buruk atau bohong.
Bahkan kalau kita berkata dusta, menerima postingan yang tidak jelas lalu kita sebarkan lagi, itu terkena Surat An-Nur ayat 11-20 soal penyebar hoax. Itu berat bahkan bisa menggugurkan puasa, menguburkan pahala puasa.
Agar bijak dalam bermedia sosial, Muhammadiyah sendiri menurutnya telah memiliki pedoman, yaitu Fikih Informasi dan Akhlak Bermedia Sosial yang telah diterbitkan oleh Majelis Pustaka dan Informasi pada tahun 2018.
Tuntutan bermedia sosial dengan akhlak mulia ini juga ditekankan karena tidak sedikit kasus pidana yang muncul sebagai akibat dari interaksi negatif di dunia maya.
Ada tiga hal yang perlu diperhatikan saat ingin menyebarkan informasi dari dunia maya.
Pertama, Apakah Benar?, yakni mengecek kembali informasi yang sama kepada media-media mainstream yang lain.
Kedua, Apakah Baik?, yakni melihat kepantasan berita yang hendak disebar. Hal-hal negatif seperti kasus kriminal dan pidana, menurutnya tidak layak disebarkan.
Ketiga, Apakah Bermanfaat?, yakni melihat sisi maslahat dan dampaknya dari informasi yang disebar.
Tiga itulah kebijakan yang harus kita ambil ketika kita menerima berita di media sosial atau di WA di Facebook maupun Instagram dan lain-lain.
Apakah dia benar, apakah dia baik, apakah dia bermanfaat. Kalau ketiga-tiga kriteria itu bisa kita pikirkan dan kita tidak masalah , maka silakan menggunakan.
Ingatlah ketika kamu menerima berita bohong itu dari mulut ke mulut dan kamu katakan dengan mulutmu apa yang tidak kamu ketahui sedikit pun, dan kamu menganggapnya remeh, padahal dalam pandangan Allah itu soal besar. (wh)
(Disarikan dari ceramah Prof Dadang Kahmad di kanal youtube TvMu, 10 April 2023)