UM Surabaya

Sementara salah satu ulama madzhab Syafii besar dari Khurasan, Abu Manshur Al-Baghdadi (w. 1037-8), mengutarakan bahwa rantai yang paling jelas adalah Syafii, dari Malik bin Anas, dari Nafiʿ, dari Ibnu ʿUmar, dan dari Nabi saw.

Hematnya, ini sangat jelas karena para sarjana hadis telah mencapai konsensus bahwa perawi yang paling terkenal dan terhebat dari Imam Malik adalah muridnya Syafii.

Sarjana lain, Abu Bakar Al-Hazimi (w. 1188-9), menyusun buku narasi hadis Ibnu Hanbal dari Syafii dan dengan percaya diri menamainya Silsilat Al-Dzahab (Rantai Emas).

Ahli fikih dan sarjana hadis mazhab Hanafi dari Cairo, Mughulthay (w. 1361) membantah klaim demikian.

Menurutnya, jika kita melihat orang-orang yang mentransmisikan Muwaththaʾ dari perspektif ahli hadits, apakah Syafii benar-benar yang paling berhasil?

Dan dalam hal nama besar, fakta bahwa Abu Hanifah telah menceritakan Hadits dari Malik bin Anas secara langsung menggugurkan klaim-klaim tentang kebesaran Syafii.

Memang bahwa Abu Hanifah telah meriwayatkan satu atau dua hadis dari Malik bin Anas, sebagaimana yang diakui oleh dua sarjana hadis mazhab Syafii, Al-Daraquthni (w. 995) dan Al-Khathib Al-Baghdadi (w. 1071).

Dan seperti yang sering diingatkan oleh para ulama Hanafi, apakah Abu Hanifah tidak menikmati kedudukan yang tak tertandingi dalam kompetisinya?

Berbeda dengan Imam Malik atau sarjana awal lainnya, Abu Hanifah sebenarnya telah meriwayatkan hadis langsung dari setidaknya satu sahabat Nabi saw, yaitu Anas, meskipun sejarawan Muslim non-Hanafī membalas bahwa dia hanya melihat Anas dan tidak benar-benar menceritakan hadis-hadis darinya.

Hal ini tentu telah menempatkan Abu Hanifah di atas periwayat Hadits atau periwayat lain dari Muwaththaʾ Imam Malik.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini