Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

Untuk mencegah agar diri kita tidak terjangkit post power syndrome, ada beberapa tips sederhana yang bisa kita aplikasikan.

Pertama, sebagai orang beriman, saat menerima sebuah jabatan, entah itu sebagai kepala kantor, wakil manajer atau manajer, juga mungkin jabatan politis menjadi anggota dewan, ketua dewan atau presiden, kita mesti sadar bahwa jabatan tersebut adalah amanah yang sewaktu-waktu bisa dicabut oleh sang Maha Pemberi seperti halnya hidup kita itu sendiri.

Bagaimanapun alur karier kita tidak selamanya berkilauan, namun selalu berputar seiring dengan putaran roda kehidupan. Yang bisa kita lakukan dengan amanah itu adalah dengan bekal niat lillahi ta’ala kita berusaha menjalankan dengan jujur, profesional dan inovatif.

Kedua, sebagai orang yang beriman, kita senantiasa bersyukur. Tidak gila hormat dan pujian baik dari bawahan maupun dari atasan.

Kita harus yakin bahwa kehormatan dan kemuliaan sejati tidak terletak pada pangkat, kedudukan, jabatan dan harta benda yang kita miliki, namun pada keimanan dan kepribadian luhur kita.

Kita harus melihat apa yang ada pada diri kita dan yang kita miliki bukan melihat pada apa yang tidak kita punyai.

Ketiga, dari awal kita sudah mempersiapkan kegiatan menjelang purnatugas. Meski mungkin hanya di organisasi sosial yang bukan profit tapi berpikir positif bahwa apa pun kegiatan yang kita lakukan setelah tidak memangku jabatan lagi adalah baik dan berguna.

Akhirnya, post power syndrome bukanlah penyakit sepele karena yang diserang bukan fisik, tetapi psikis atau jiwa kita.

Oleh karena itu, marilah kita membenahi kembali hakikat dan tujuan hidup kita agar terhindar dari sifat mendewa-dewakan pangkat, kedudukan, jabatan, kemewahan dan kemasyhuran.

Semuanya itu fana adanya dan yang kekal adalah pahala dari Allah atas setiap amal dan perbuatan mulia yang kita lakukan selama hidup di dunia ini. Amin.

أَقُولُ قَوْلِى هَذَا وَأَسْتَغْفِرُاللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

Khotbah Kedua

اَلْحَمْدُ اِللهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلاَ اَنْ هَدَانَا الله َاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ الله ُوَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُه وَرَسُوْلَه وَنُصَلّىِ وَنُسَلّمُ عَلَى هَذَا النَّبِى الْكَرِيْمِ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ بِإِحْسَانٍ إِلَى يُوْمِ الدِّيْنِ. اَمَّابَعْدُ، فَيَا اَيُّهَاالنَّاسُ اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَتَمُوْ تُنَّ اِلاَّوَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيْ يَآأَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ.
رَبَّنَا آتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
يَاعِبَادَ اللهِ إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِى الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ. أَقِمِ الصَّلاَةَ!!

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini