Oleh: Sigit Subiantoro
Anggota Majelis Tabligh PDM Kabupaten Kediri
Banyak manusia yang lebih suka jika ia diuji dengan nikmat daripada dengan musibah.
Bahkan ia menyangka jika mendapat nikmat itu tanda kemuliaan, dan sebaliknya, jika ia mendapat musibah itu tanda kehinaan.
Karena itu perlu diluruskan pemahaman ini.
Sebab, nikmat dan musibah sebenarnya, keduanya adalah ujian dari Allah Subhanahu WA Ta’ala atas manusia, apakah ia nanti menjadi seorang hamba yang bersyukur dengan nikmatnya dan apakah ia tetap bersabar dengan musibahnya.
Karena itu Allah berfirman:
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal ia buruk bagimu. Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.” (QS Al Baqarah 216)
Karena itu seorang muslim hendaknya senantiasa ingat bahwa sesuatu yang terjadi tidak ia sukai atau ia sukai, ia harus tetap bersyukur dan bersabar, karena Allah Maha Mengetahui yang terbaik baginya.
Dan inilah sifat seorang mukmin, yaitu antara syukur dan sabar, apabila ia mendapat nikmat ia bersyukur dan apabila ditimpa musibah ia bersabar. Karena semua keadaan itu baik baginya.
Sebab itu kita usah terlalu berbangga diri jika mendapat nikmat dan tidak usah terlalu berkecil hati jika ditimpa musibah.
Ini karena kita tidak pernah tahu yang mana sebenarnya baik untuk kita, mendapat nikmat atau musibah.
Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu berkata:
“Aku tidak peduli keadaan apa pun yang kualami, apakah yang kusenangi ataukah yang kubenci, karena aku tidak pernah tahu apakah kebaikan ada pada yang kusenangi ataukah yang kubenci.” (Az Zuhud, karya Ibnul Mubarak, hal 143)
Semoga ke depan menjadi seorang hamba yang senantiasa bersyukur dan bersabar, Allah Maha Mengetahui yang terbaik untuk kita, hanya kepada Allah, kita berserah diri dan hanya kepada Allah, kita memohon kekuatan dan petunjuk.
Barakallahu fiikum. (*)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News