Hari Gini Belum Paham Wujudul Hilal?
foto: m.syahri romdhoni/kompas.com
UM Surabaya

*) Oleh: Dr. Ahwan Fanani, M.Ag. MS
Anggota Majelis Tarjih dan Tajdid PWM Jawa Tengah

Ada satu ahli agama yang bertanya, apakah tinggi hilal 0 derajat itu bisa menjadi penanda datangnya bulan baru?

Pertanyaan tersebut sekilas tampak benar, tetapi bisa membawa pemahaman yang tidak benar. Dalam bahasa logika disebut fallacy.

Sebenarnya pula pembahasan mengenai dasar wujudul hilal tersedia online berupa penjelasan dari Majelis Tarjih, ulama Tarjih hingga para peneliti.

Jika masih belum bisa memahami juga, yah memang move on kepada pemikiran baru itu tidak mudah, meski lebih jelas.

Kenyataannya, penentuan awal Ramadhan dan Syawal saat ini berdasarkan penyimpulan. Imkanur rukyat itu juga teori baru yang tidak ada pada zaman Rasul.

Untuk benarnya rukyat disyaratkan ada usia bulan berdasarkan ijtima’ dan juga memperhitungkan sudut elongasi pun tidak ada dalilnya dalam Alquran maupun hadis pun tidak bisa dirukyat.

Lalu, apakah imkanur rukyat itu sejenis bid’ah juga? Enggak juga lah!

Penyimpulan adalah pengetahuan tidak langsung yang didasarkan pengetahuan langsung. Menurut al-Ghazali dalam Al-Mustashfa penyimpulan melalui qiyas burhani (penyimpulan tak langsung dengan premis yang meyakinkan) itu membawa kepada pengetahuan yang qath’i.

Hasil hisab itu juga bentuk penyimpulan berdasarkan perhitungan atas posisi rembulan dan matahari.

Menurut Taqi al-Din al-Subki, dalam Fatawa-nya, hisab bahkan lebih meyakinkan dibandingkan rukyat.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini