Sebaliknya sebagai tamu, seorang muslim juga hendaknya memperhatikan adab bertamu.
Misalnya, memberi informasi sebelum kedatangan, mengucapkan salam serta memastikan untuk berkunjung di saat yang tidak mengganggu tuan rumah.
Berikut beberapa hadis yang menjelaskan tentang keutamaan menerima dan menjamu tamu di rumah kita.
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ مَسْعُوْدٍ عَنِ النَّبِيِّ ص قَالَ: اَلضّيَافَةُ ثَلاَثَةُ اَيَّامٍ، فَمَا زَادَ فَهُوَ صَدَقَةٌ وَ كُلُّ مَعْرُوْفٍ صَدَقَةٌ. البزار و رواته ثقات
“Dari ‘Abdullah bin Mas’ud RA dari Nabi saw, beliau bersabda, “Haknya tamu itu selama tiga hari, sedangkan selebihnya menjadi sedekah, dan semua perbuatan baik adalah sedekah.” [HR. Al-Bazzar, para perawinya orang-orang terpercaya]
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا قَالَتْ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: َاْلمَلاَئِكَةُ تُصَلّى عَلَى اَحَدِكُمْ مَا دَامَتْ مَائِدَتُهُ مَوْضُوْعَةً. الاصبهانى
“Dari ‘Aisyah RA, ia berkata : “Rasulullah saw bersabda, “Para malaikat berselawat (memohonkan ampun) atas seseorang dari kalian selama meja makannya disediakan makanan untuk tamu”. [HR. Al-Ashbahaniy]
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ رض قَالَ: جَاءَ رَجُلٌ اِلَى رَسُوْلِ اللهِ ص فَقَالَ: اِنّى مَجْهُوْدٌ، فَاَرْسَلَ اِلَى بَعْضِ نِسَائِهِ، فَقَالَتْ: لاَ وَ الَّذِى بَعَثَكَ بِاْلحَقّ مَا عِنْدِى اِلاَّ مَاءٌ. ثُمَّ اَرْسَلَ اِلَى أُخْرَى فَقَالَتْ مِثْلَ ذلِكَ حَتَّى قُلْنَ كُلُّهُنَّ مِثْلَ ذلِكَ: لاَ وَ الَّذِى بَعَثَكَ بِاْلحَقّ مَا عِنْدِى اِلاَّ مَاءٌ. فَقَالَ: مَنْ يُضِيْفُ هذَا اللَّيْلَةَ رَحِمَهُ اللهُ، فَقَامَ رَجُلٌ مِنَ اْلاَنْصَارِ فَقَالَ: اَنَا يَا رَسُوْلَ اللهِ، فَانْطَلَقَ بِهِ اِلَى رَحْلِهِ فَقَالَ ِلامْرَأَتِهِ: هَلْ عِنْدَكِ شَيْءٌ؟ قَالَتْ: لاَ، اِلاَّ قُوْتَ صِبْيَانِى. قَالَ: فَعَلّلِيْهِمْ بِشَيْءٍ، فَاِذَا اَرَادُوا العَشَاءَ فَنَوّمِيْهِمْ، فَاِذَا دَخَلَ ضَيْفُنَا فَاطْفِئِى السّرَاجَ وَ اَرِيْهِ اَنَّا نَأْكُلُ. و فى رواية: فَاِذَا أَهْوَى لِيَأْكُلَ فَقُوْمِى اِلَى السّرَاجِ حَتَّى تُطْفِئِيْهِ. قَالَ: فَقَعَدُوْا وَ اَكَلَ الضَّيْفُ، وَ بَاتَا طَاوِبَيْنِ، فَلَمَّا اَصْبَحَ غَدَا عَلَى رَسُوْلِ اللهِ ص فَقَالَ: قَدْ عَجِبَ اللهُ مِنْ صَنِيْعِكُمَا بِضَيْفِكُمَا. زاد فى رواية فنزلت هذه الآية: {وَ يُؤْثِرُوْنَ عَلى اَنْفُسِهِمْ وَ لَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ. الحشر:9} مسلم و غيره، فى الترغيب و الترهيب 3: 368
“Dari Abu Hurairah RA, ia berkata, “Ada seorang laki-laki datang kepada Rasulullah SAW dan berkata, “Sesungguhnya saya ini orang yang sedang kesulitan”. Lalu Rasulullah SAW mengutus (seseorang) kepada sebagian istri beliau, lalu istri Nabi itu menjawab, “Demi Tuhan yang mengutusmu dengan benar, saya tidak punya apa-apa kecuali air”.
Lalu beliau mengutus kepada istri beliau yang lain, lalu istri beliau ini pun menjawab seperti itu pula, sehingga para istri beliau semuanya mengatakan seperti itu, yaitu “Demi Tuhan yang mengutusmu dengan benar, saya tidak punya apa-apa kecuali air.
Kemudian beliau bersabda (kepada para sahabat), “Siapa yang bisa menjamu tamu ini pada malam ini, semoga Allah memberi rahmat kepadanya”. Lalu ada seorang laki-laki Anshar berdiri dan berkata, “Saya ya Rasulullah”. Kemudian orang tersebut berangkat dengan membawa tamu itu ke rumahnya.
Lalu orang Anshar itu bertanya kepada istrinya, “Apakah kamu punya makanan ?”. Istri itu menjawab, “Tidak, kecuali sedikit makanan untuk anak-anak saya”. Orang Anshar itu berkata, “Hiburlah anak-anak dengan sesuatu, dan apabila mereka minta makan malam, tidurkanlah mereka.
Dan apabila tamu kita telah masuk, padamkanlah lampunya dan perlihatkanlah kepadanya seolah-olah kita juga sedang makan”. Dan dalam satu riwayat, “Maka apabila tamu itu akan makan, berdirilah kamu menuju tempat lampu dan matikanlah”.
(Rawi) berkata, “Lalu mereka sama duduk sedangkan tamu itu makan (sendirian). Dan kedua suami istri itu bermalam dalam keadaan lapar. Setelah pagi hari, orang Anshar tersebut datang kepada Rasulullah SAW memberitahukan hal itu, lalu beliau bersabda, “Sungguh Allah kagum (ridla dan memberi pahala) atas perbuatanmu berdua terhadap tamumu”. (*/tim)