Berikut Dua Tipikal Umat Islam dalam Menyikapi Suara Adzan
Ketua PP Muhammadiyah Agus Taufiqurrahman
UM Surabaya

Ketua PP Muhammadiyah Agus Taufiqurrahman mengungkapkan ada dua tipikal umat Islam dalam menyikapi datangnya suara Azan. Tipe pertama merasa berbahagia karena menganggap hidup sebagai perjalanan dari salat ke salat lainnya; sedangkan tipe kedua cenderung mengeluh karena merasa azan mengganggu aktivitas yang sedang dijalani.

“Pandangan ini dapat berubah-ubah tergantung pada kondisi keimanan seseorang,” jelasnya di kultum setelah salat zuhur di Masjid Kantor PP Muhammadiyah Yogyakarta, Selasa (23/1/2024).

Agus lantas menyinggung Sabda Rasulullah Saw, iman bersifat fluktuatif yang dapat bertambah atau berkurang. Ketika iman seseorang dalam keadaan baik, mendengar suara azan dianggap sebagai panggilan kerinduan kepada Sang Khalik.

Namun, ketika iman melemah, lantunan azan dapat dianggap sebagai panggilan yang memaksa untuk meninggalkan kegiatan yang sedang disukai.

Pandangan ini menegaskan bahwa persepsi terhadap suara azan tidak hanya dipengaruhi oleh faktor eksternal, tetapi juga oleh keadaan batin dan kondisi keimanan seseorang.

Agus Taufiqurrahman berharap bahwa pemahaman ini dapat memicu refleksi individu terhadap tingkat keimanan dan sikap terhadap panggilan azan, sehingga dapat meresapi nilai-nilai spiritual yang terkandung dalam azan sebagai salah satu panggilan ibadah penting dalam kehidupan umat Islam.

Agus Taufiqurrahman kemudian melanjutkan kultumnya dengan menjelaskan tentang syarat-syarat salat. Menurutnya, syarat-syarat tersebut adalah hal-hal yang harus dipenuhi sebelum pelaksanaan suatu amalan, dan salah satu syarat sah salat adalah wudhu. Ia menekankan bahwa prosesi wudhu harus dilakukan dengan sempurna, mulai dari membasuh tangan hingga membersihkan sela-sela jari kaki. Melewatkan satu rangkaian wudhu saja dapat mengurangi kadar keutamaan dalam ibadah.

Lebih lanjut, Agus juga menjelaskan pentingnya menjaga salat sebagai bentuk perlindungan diri dari perbuatan keji dan munkar. Baginya, orang yang telah melaksanakan salat seharusnya tidak terlibat dalam perbuatan maksiat. Menjaga salat tidak hanya terbatas pada prosesi ritualnya, tetapi juga mencakup amalan dan perilaku setelah salat.

Dengan penuh harapan, Agus Taufiqurrahman berpesan agar benar-benar menjaga salatnya, baik dalam aspek prosesi ritual maupun perilaku sehari-hari. Ia mengajak agar salat menjadi benteng spiritual yang kuat, mampu menjaga diri dari godaan perbuatan maksiat, dan meraih keberkahan dalam kehidupan sehari-hari. (*/tim)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini