Agama bukan satu-satunya faktor penyebab orang melakukan tindakan terorisme.
Ada banyak faktor lain, seperti ekonomi, sosial, politik bahkan juga sampai karena masalah keluarga dapat menjadikan seseorang melakukan tindakan terorisme.
Merujuk data mutakhir, bahwa saat ini banyak pelaku teror usianya masih belasan tahun.
Mereka terjebak dan melakukan tindakan terror disebabkan oleh keretakan di keluarganya, seperti perceraian yang melibatkan kedua orang tuanya.
Umurnya masih kecil-kecil. Mereka ini memiliki pemahaman agama yang salah.
Pemahaman agama secara sempit. Pengetahuan agamanya tergantung pada imamnya.
Taklid buta kepada imam ini menjadi pintu masuknya paham-paham radikal. Padangan ekstrem ini harus ditengahkan.
Mereka itu korban dari keretakan keluarga, sekaligus korban dari ketimpangan ekonomi.
Lebih-lebih masalah ekonomi menjadi faktor kuat yang menjadi seseorang bisa melakukan tindakan terorisme.
Kemiskinan yang dalam menurutnya tidak bisa dinegasikan sebagai faktor dominan pendorong orang melakukan tindakan teror.
Kemiskinan yang dialami oleh rakyat setidaknya disebab oleh dua faktor utama yaitu secara kultural dan struktural.
Dilihat secara kultural, rakyat miskin karena memang budayanya. Sementara secara struktural, masyarakat bisa saja tidak miskin tapi dimiskinkan.
Kesenjangan itu memang kesengajaan yang dibuat oleh pemerintah melalui undang-undang yang tanpa memperhatikan dan pertimbangan kebutuhan ekonomi rakyat kecil.
Ketimpangan akibat kebijakan ini dapat dilihat dengan gambling, misalnya terkait dengan kebutuhan bahan pokok yang sering kali dipermainkan/dimonopoli oleh kapitalis yang culas.
Mereka bisa menahan dan mengeluarkan kebutuhan bahan pokok sesuai kepentingannya.
Oleh karena itu, pemerintah untuk perhatian pada sisi hulu penyebab terjadinya terorisme, serta menanggulangi masalah ini secara kolaboratif dengan organisasi sosial keagamaan dan kemasyarakatan.
Yang jelas, masalah terorisme bukan cuma soal keagamaan saja, tetapi juga soal keadilan ekonomi karena kebijakan yang timpang. (*)
(Disarikan dari ceramah Busyro Muqoddas di Kantor PP Muhammadiyah, 12 April 2023).