Menurut Fathurrahman, realitas di Gunungkidul ini tentu layak dikembangkan di daerah lain, sehingga para dai bisa fokus berdakwah dan masjid-masjid yang selama ini kesulitan khatib atau penceramah maka KMM bisa memberi solusi dengan mengirimkan dari ke masjid atau komunitas mereka.
Kerja Dakwah Kurang Optimal
Chulil Barory SE MM, mubaligh Muhammadiyah asal Jatim, menilai minimnya dana Lazismu untuk kepentingan pemberdayaan SDM internal Muhammadiyah, bisa jadi menjadi faktor lambatnya Muhammadiyah dikenal masyarakat.
“Karena para SDM internal Muhammadiyah belum optimal, sehingga kerja dakwah mereka untuk kepentingan Muhammadiyah kurang maksimal,” tegas Chulil.
Baca juga: Berdakwah Bukan untuk Terkenal, Apalagi Dapat Kekuasaan
Kata dia, dana Lazismu selama ini banyak terserap untuk kepentingan eksternal, sehingga untuk kepentingan pengembangan SDM Muhammadiyah terabaikan alias masih sangat sedikit.
“Perhatian terhadap 8 golongan (Asnaf) internal Muhammadiyah bisa menjadi sasaran dari Lazismu. Sehingga hal ini sangat potensial bagi gerakan dakwah Muhammadiyah,” jelas Chulil.
Banyak warga miskin, fakir, orang yang berjuang di jalan Allah, yang berutang (gharim), mualaf, budak dan lainnya masih perlu sentuhan.
“Andai kata di antara mereka bisa disentuh oleh dana Lazismu, maka dakwah Muhammadiyah jauh lebih akseleratif,” ujar dia.
Di sisi lain, imbuh Chulil, banyak pihak yang mendekati dan membantu mereka yang mengalami kesulitan ekonomi dengan model pinjaman dan utang.