*) Oleh: Ferry Is Mirza DM
Dalam kehidupan yang kita jalani, ada banyak sekali babak dan fase hidup yang kita alami. Di antaranya adalah pertemuan dan perpisahan.
Ketika kita menjumpai pertemuan, kita juga akan mengakhiri dengan perpisahan. Entah berpisah karena urusan dunia (safar, pindah) atau karena sudah tutup usia (wafat).
Ada empat keadaan terkait kondisi pertemuan dan perpisahan sebagaimana diterangkan dalam firman Allah Ta’ala maupun sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Bagi seorang mukmin hendaknya memperhatikan keempat hal ini.
Keadaan pertama: Mereka yang bertemu di dunia, namun tidak berjumpa di akhirat
Mereka inilah golongan orang-orang kafir dan musyrik. Allah Ta’ala telah berfirman:
“Orang kafir ingin kalau sekiranya dia dapat menebus (dirinya) dari azab hari itu dengan anak- anaknya, dan istrinya dan saudaranya, dan kaum familinya yang melindunginya (di dunia). Dan orang- orang di atas bumi seluruhnya kemudian (mengharapkan) tebusan itu dapat menyelamatkannya.” (QS. Al-Ma’arij: 11-14)
Lantaran saking takutnya ia pada hari itu, Allah Ta’ala menyebutkan tentang orang-orang kafir bahwa ia berangan- angan untuk menebus dirinya dari azab yang pedih dengan anak- anaknya, atau dengan istrinya, atau dengan bapak dan ibunya dan kerabat-kerabatnya yang lain, asalkan ia bisa selamat dari azab Allah Ta’ala. Bahkan, ia rela semuanya masuk neraka asalkan dirinya bisa selamat. (Tafsir Ath-Thabari, 23: 606)
Ayat ini sebagai gambaran ketika pertemuan itu didasarkan atas kekufuran dan kemaksiatan kepada Allah Ta’ala, mereka hanya bertemu di dunia dan berpisah di akhirat, bahkan rela untuk menggadaikan keluarga yang sangat ia cintai di dunia.