Dalam berdakwah, para mubaligh hendaknya menjauhkan diri dari hasrat ingin terkenal, mendapat kekuasaan, atau harta kekayaan.
“Semua harus bersandar pada petunjuk dari Allah,” kata Dr. Fahmi Salim MA saat Training of Trainers (ToT) PIMMNAS (Pelatihan Instruktur Muballigh Muhammadiyah Tingkat Nasional), Kamis (25/1/2024).
Kegiatan yang merupakan pembekalan kepada para mubaligh Muhammadiyah ini digelar di Tabligh Institute Muhammadiyah di Jalan Bangsa Patriot 2, Taman Tirto, Kasian, Bantul, Yogyakarta, 24-27 Januari 2024.
Fahmi menuturkan, pedoman dari Allah berupa Alquran merupakan wahyu yang tak mungkin berubah. Sementara jika mendasarkan pada popularitas atau harta dan kekuasaan merupakan fitnah besar.
“Di sinilah pentingnya kesabaran dalam menjalani jalan dakwah,” cetus Fahmi.
Dia lalu mengilustrasikan bahwa ketidaksabaran dalam memegang teguh ajaran telah menimpa Nabi Adam, sehingga tergelincir melanggar larangan Allah hingga mendekati pohon khuldi.
Baca juga: Teladani Nabi, Berdakwahlah pada Mereka yang Belum Kenal Islam
Nabi Adam tergelincir karena dia tidak sabar dalam memegang teguh dan menyandarkan diri pada Allah, tetapi pada setan.
“Di sinilah pendakwah harus mengikuti nabi penuh kesabaran dan berada di jalan dakwah merupakan sebaik-baik ucapan dan perkataan,” urai Fahmi yang juga Dosen Fakultas Agama Islam UHAMKA ini.
Dia lalu membacakan ayat dalam Alquran Surat Fussilat ayat 33: “Dan siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah dan mengerjakan kebajikan dan berkata, “Sungguh, aku termasuk orang-orang muslim (yang berserah diri)?”
Menurut Fahmi, mengajak manusia ke jalan Allah memiliki implikasi pahala yang sangat besar. Kalau berzikir, berselawat, membaca Alquran memberi benefit untuk diri sendiri.