“Tetapi berdakwah memberi jalan kepada orang lain meniti jalan kebenaran. Ketika menyampaikan khotbah dan mengajak masyarakat menaati perintah Allah, itu merupakan nilai tertinggi.” tutur Fahmi.
Pun ketika seseorang berubah dari kemaksiatan kepada taat, sambung dia, maka setiap dia berbuat kebaikan, juru dakwah akan mendapatkan pahala yang terus mengalir.
“Menyampaikan sesuatu dengan omongan kepada orang lain sangat ringan, namun pahalanya sangat besar,” kata alumnus Universitas al-Azhar, Kairo, Mesir ini.
Dia mengatakan, berbeda dengan puasa, salat malam, dan berjihad yang merupakan perbuatan yang berat.
Namun dengan berdakwah kemudian orang lain bisa melakukan amalan kebaikan hingga berjihad di jalan Allah, maka juru dakwah akan mendapat kiriman pahala yang sangat besar.
Baca juga: Penyaluran Dana Lazismu untuk Internal Muhammadiyah Hanya 6 Persen
“Di sinilah kemuliaan berada di jalan dakwah,” cetus anggota Komisi Pengkajian dan Penelitian MUI Pusat dan Majelis Tarjih PP Muhammadiyah.
Profesi Paling Mulia
Fahmi Salim juga menegaskan, dai atau mubaligh merupakan profesi yang paling mulia. Bahkan bisa disebut jalan keselamatan dari azab Allah.
“Kalau di luar Islam, jalan keselamatan mengarah pada seseorang, seperti ratu adil, juru selamat, penebusan dosa, atau mesias. Namun dalam Islam, menyandarkan diri kepada Allah bukan hanya mendatangkan keselamatan, tetapi bisa menghindarkan diri dari azab Allah,” terang Fahmi.
Kata dia, jalan dakwah sebagai pilihan terbaik tersebut merujuk pada perintah Allah yang memerintahkan kepada para rasul-Nya untuk menggantungkan kepada Allah.
Rasul bisa berganti, syariat rasul pun bisa berganti, namun ketaatan pada petunjuk Allah merupakan jalan terbaik.
Dia lantas membacakan ayat Alquran surat Al-Jinn ayat 22: “Katakanlah (Muhammad), “Sesungguhnya tidak ada sesuatu pun yang dapat melindungiku dari (azab) Allah dan aku tidak akan memperoleh tempat berlindung selain dari-Nya.”