*) Oleh: KH. Nadjih Ihsan, MAg,
Pakar Kajian Tauhid dan Ketua Divisi Pengembangan SDM Mubaligh Majelis Tabligh PWM Jatim
Tauhid itu bersumber pada dua kalimat toyibah, yaitu lailahaillallah muhammadarrasululla
لا اله الا الله، محمد رسول الله.
لا معبود بحق الا الله، الايمان بانه مرسل من عند الله نصدقه فيما اخبر نطيعه فيما امر ونترك مانهى عنه وزجر ونعبد الله بما شرع.
Tidak ada zat yang berhak diibadahi kecuali Allah, (sedangkan makna syahadat tentang Rasulullah) beriman bahwa Muhammad adalah utusan Allah, membenarkan yang dikabarkan, mengikuti yang diperintah, menjauhi yang dilarang, dan beribadah menurut yang disyariatkan.
Dalam berbagai macam aktivitas seseorang harus didasarkan pada dua kalimat tauhid tersebut.
Jika kalimat tersebut didalami dengan seksama maka kebahagiaan dan keistimewaan hidup akan diperoleh bagi yang mengamalkan semurni murninya.
Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-An’am ayat 82:
الذين امنوا ولم يلبسوا ايمانهم بظلم اولئك لهم الامن وهم مهتدون، الانعام : ٨٢
“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampurkan iman mereka dengan kezaliman(syirik) mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.”
Kezaliman dimaknai dengan syirik karena kezaliman adalah merampas hak Allah sebagai satu-satunya dzat yang berhak untuk diibadahi, hak tersebut tidak dikembalikan kepada Allah SWT, dan itulah kezaliman yang paling besar.
ان الشرك لظلم عظيم، لقمان ١٣
“Sesungguhnya kesyirikan adalah kezaliman yang sangat besar.”
Ada jaminan secara nyata bagi siapa yang mengamalkan tauhid dan tidak dicampurkan dengan kesyirikan, maka hidupnya akan dibimbing oleh Allah SWT ke jalan yang lurus dan jalan yang benar, serta jaminan keamanan dari murka dan azab Allah SWT.
Suatu masyarakat bangsa dan negara jika dipimpin oleh keyakinan yang benar, yaitu tauhid yang lurus pasti menuju ke arah jalan yang tujuan benar pula.
Fenomena yang ada di masyarakat kebohongan, ketidakadilan, kecurangan, dan merampas hak orang lain, adalah bentuk-bentuk kesyirikan terselubung yang tidak disadari oleh masyarakat.
Dalam sebuah hadis dari Ubadah bin Shomit, diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam berkata:
من شهد ان لا الله وحده لا شريك له، وان محمدا عبده ورسوله، وان عيسى عبده ورسوله وكلمته القها الى مريم وروح منه، الجنة حق والنار حق، ادخله الله الجنة على ما كان من العمل، رواه البخاري ومسلم
“Barang siapa bersyahadat bahwa tidak ada yang berhak disembah kecuali Allah dan tiada sekutu bagi-Nya, Muhammad adalah hamba Allah dan rasul-Nya dan bersyahadat pula bahwa Isa sebagai hamba Allah dan rasul-Nya kalimat-Nya disampaikan kepada Maryam dan ruh ditiupkan daripadaNya, surga adalah benar adanya dan neraka adalah benar adanya, maka Allah SWT pasti memasukannya ke dalam surga sesuai dengan amal yang telah diperbuatnya.”
Hadis ini pula sebagai jaminan keistimewaan dua kalimat syahadat, bahwa seseorang akan dipastikan masuk surga jika memenuhi kriteria-kriteria yang disebutkan di atas.
Tidak cukup dengan melafalkan dua kalimat syahadat, harus dibarengi dengan tidak berbuat syirik.
Meyakini Nabi Muhammad sebagai hamba Allah dan rasulnya, ini maknanya dalam diri nabi Muhammad tidak ada unsur-unsur rububiyah dan juga tidak ada unsur-unsur uluhiyah.
Tentang Nabi Isa alaihissalam bagi umat Islam diyakini sebagai nabi dan rasul Allah, bagi umat Islam hal ini dianggap sudah selesai dan final.
Berkeyakinan tentang adanya surga dan neraka. Bagi kita umat Islam yang berkeyakinan surga dan neraka itu ada, maka perilaku, ucapan, tindakan, keputusan, dan sebagainya didasarkan pada tujuan mendapatkan surga. (*)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News