Selalu Bergumbira
Muhammad Ikhwan Ahada juga menceritakan liku-liku perjuangan di Muhammadiyah dengan merujuk pada cara bermuhammadiyah KH. AR. Fachruddin yang senantiasa “bergumbira.”
“Saya sengaja menggunakan kata ‘bergumbira’, bukan bergembira. Bergumbira di sini bukan hanya bergembira, tetapi senantiasa mengingat Muhammadiyah setiap waktu,” cetus Ikhwan.
Kata dia, di setiap aktivitas, pengurus Muhammadiyah senantiasa ingat Muhammadiyah. Ketika menjadi pejabat ingat Muhammadiyah, sehingga mengorbankan sebagian waktu dan pemikirannya kepada Muhammadiyah.
Ketika menjadi kepala dinas ingat Muhammadiyah, dengan memberikan sebagian pengaruhnya pada Muhammadiyah.
“Ketika menerima gaji beliau ingat Muhammadiyah sehingga mengeluarkan sebagian hartanya untuk kepentingan Muhammadiyah. Di sinilah yang dimaksud bermuhammadiyah sangat ringan dan tak menjadi beban, tetapi justru meringankan beban orang lain,” tutur Ikhwan.
Penjelasan ini meyakinkan kita bahwa bermuhammadiyah sangat menggembirakan diri sendiri dan orang lain.
Dengan demikian, maka orang yang beraktivitas di Muhammadiyah senantiasa cair dan mencairkan situasi. Bergaji kecil atau besar di Muhammadiyah dipandang secara menggembirakan.
Dengan gaji yang kecil justru telah berjuang lebih banyak, karena kekurangan gajinya itu telah diinfakkan kepada Muhammadiyah. (slamet muliono)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News