Nilai-Nilai Profetik dan Penyelamat Bangsa
Penulis di depan Ka'bah. foto: dok/pri
UM Surabaya

Kepunahan suatu bangsa bukan disebabkan oleh matinya seluruh warga negara, tetapi karena punahnya agama.

 

Eksistensi Bangsa

Alquran memberi petunjuk bahwa agama merupakan penyelamat eksistensi bangsa.

Betapa tidak, keadaan perang yang mengancam suatu bangsa, justru melarang semua warga negaranya untuk ikut berperang.

Agama profetik memerintahkan untuk menyisakan sebagian warga untuk mendalami agama.

Fungsi sebagian kecil warga yang mendalami agama untuk mengingatkan pentingnya nilai-nilai profetik yang harus dijaga dan diamalkan.

Hal ini ditegaskan Allah sebagaimana firman-Nya :

وَمَا كَا نَ الْمُؤْمِنُوْنَ لِيَنْفِرُوْا كَآ فَّةً ۗ فَلَوْلَا نَفَرَ مِنْ كُلِّ فِرْقَةٍ مِّنْهُمْ طَآئِفَةٌ لِّيَـتَفَقَّهُوْا فِى الدِّيْنِ وَ لِيُنْذِرُوْا قَوْمَهُمْ اِذَا رَجَعُوْۤا اِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُوْنَ

“Dan tidak sepatutnya orang-orang mukmin itu semuanya pergi (ke medan perang). Mengapa sebagian dari setiap golongan di antara mereka tidak pergi untuk memperdalam pengetahuan agama mereka dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya jika mereka telah kembali agar mereka dapat menjaga dirinya.”(QS. At-Taubah : 122)

Agama memerintahkan untuk berbuat baik dan menjauhkan kerusakan. Agama menumbuhkan spirit warga masyarakat untuk bersifat kreatif untuk menciptakan perbaikan.

Kesadaran umat Islam terus dibangun agar perang untuk menyelamatkan agama, bukan mengumpulkan harta.

Memang perang dan dapat harta merupakan konsekuensi logis. Tetapi perang tidak melupakan pentingnya spirit agama.

 

Bimbingan Hakiki

Agama menahan kepentingan untuk memperturutkan hawa nafsu. Manusia condong untuk mengumpulkan dunia dan melalaikan akhirat.

Hal inilah yang sebenarnya merusak eksistensi bangsa. Umat terdahulu pada umumnya dihancurkan karena membangun negara dibatas keserakahan.

Banyak elite negara berjuang untuk mengumpulkan kekayaan hingga menghambakan pada harta. Mereka menghalalkan korupsi dan membiarkan kesengsaraan rakyatnya.

Hanya agama yang bisa memberi peringatan agar manusia mengontrol harta kekayaan untuk membangun akhiratnya.

Kaum ‘Ad dan Tsamud serta Kaum terdahulu hidup dalam limpahan kekayaan. Rumahnya seperti istana dan hidup bersenang-senang di dalamnya. Mereka sibuk menikmati dunia dan lalai akhiratnya.

Oleh karenanya, ketika datang kebenaran yang dibawa oleh seorang nabi, para pemuka masyarakat yang selama ini hidup dalam kemewahan, serta serta mengumpulkan pengikutnya untuk mengadakan perlawanan.

Nilai-nilai profetik yang datang pada mereka, spontanitas mereka total dengan alasan tidak sesuai dengan tradisi yang sudah berkembang dan berakar kuat.

Penghancuran suatu negeri umumnya dilakukan setelah menolak agama secara total yang datang kepada mereka.

Sebaliknya negara yang eksis karena memberi ruang yang luas kepada nilai-nilai agama.

Nabi Muhammad merupakan contoh empirik bahwa tegaknya nilai-nilai profetik telah membuka mata dunia.

Dahulu, Arab dipandang tak bernilai dan hina. Begitu Islam diterapkan, maka kehidupan mereka jaya dan terhormat.

Perlu ditegaskan kembali bahwa sekelompok kecil masyarakat yang mendalami agama adalah yang akan menyelamatkan negara dari kehancuran.
Hal ini sebagaimana forman Allah:

فَلَوْ لَا كَا نَ مِنَ الْقُرُوْنِ مِنْ قَبْلِكُمْ اُولُوْا بَقِيَّةٍ يَّـنْهَوْنَ عَنِ الْفَسَا دِ فِى الْاَ رْضِ اِلَّا قَلِيْلًا مِّمَّنْ اَنْجَيْنَا مِنْهُمْ ۚ وَا تَّبَعَ الَّذِيْنَ ظَلَمُوْا مَاۤ اُتْرِفُوْا فِيْهِ وَكَا نُوْا مُجْرِمِيْنَ

“Maka mengapa tidak ada di antara umat-umat sebelum kamu orang yang mempunyai keutamaan yang melarang (berbuat) kerusakan di bumi, kecuali sebagian kecil di antara orang yang telah Kami selamatkan. Dan orang-orang yang zalim hanya mementingkan kenikmatan dan kemewahan. Dan mereka adalah orang-orang yang berdosa.” (QS. Hud: 116).(*)

Masjidil Haram, 21 Ramadhan 1444 / 12 April 2023

Penulis : Dr SLAMET MULIONO REDJOSARI, Wakil Ketua Majelis Tabligh Muhammadiyah Jawa Timur

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini