Saudaraku,
Ibnu Baththaal rahimahullah mengatakan: “Makna hadits ini, bahwa seseorang tidaklah menjadi orang yang longgar punya waktu luang sehingga dia tercukupi kebutuhannya dan sehat badannya.
Barang siapa dua perkara itu ada padanya, maka hendaklah dia berusaha agar tidak tertipu, yaitu meninggalkan syukur kepada Allah Azza Wa Jalla terhadap nikmat yang telah Allah Azza Wa Jalla berikan kepadanya.
Dan termasuk syukur kepada Allah Azza Wa Jalla adalah melaksanakan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Barangsiapa melalaikan hal itu, maka dia adalah orang yang tertipu.”
Saudaraku,
Hidup nikmat itu bukan soal angka melainkan soal rasa. Nikmat itu akan datang bila kita mengikatnya dengan rasa syukur. Bersyukur dalam segala hal, kita akan bahagia dalam setiap keadaan.
Saudaraku,
Syukur adalah cara yang paling bijak untuk merasa lebih meski dalam serba kekurangan dan serba keterbatasan.
Bersyukurlah atas apa yang kita miliki, kita tak akan pernah khawatir dengan apa yang belum kita miliki. Dalam kondisi apa pun, Allah Azza Wa Jalla akan menghadirkan kenikmatan dan kebahagiaan.
Insya Allah, Allah Azza Wa Jalla memberi karunia dan hidayah-Nya kepada kita, sehingga kita tetap istikamah senantiasa bersyukur atas setiap ketetapan dan pemberian Allah Azza Wa Jalla untuk meraih ridha-Nya. Aamiin Yaa Rabb. (*)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News