*) Oleh: Ferry Is Mirza DM
Seorang muslim dituntut untuk beristikamah dalam menjalankan dan mengamalkan syariat agama Islam.
Allah Ta’ala berfirman:
“Maka, tetaplah (di jalan yang benar), sebagaimana engkau (Nabi Muhammad) telah diperintahkan. Begitu pula, orang yang bertobat bersamamu. Janganlah kamu melampaui batas! Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (QS. Hud : 112)
Dalam ayat ini, Allah Ta’ala memerintahkan Nabi-Nya agar istikamah. Yakni, dengan mengamalkan perintah dan menjauhi larangan. Perintah ini adalah perintah yang cukup memberatkan Nabi saw.
Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu berkata: “Tidak ada satu ayat pun yang turun kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang lebih memberatkan dan menyulitkan beliau, melainkan ayat ini.” (Lihat Tafsir Al-Qurthubiy surah Hud ayat 112 dan Tafsir Al-Baghawiy dalam ayat yang sama)
Hal ini dikarenakan beratnya perkata istikamah. Untuk tetap tegar dan teguh di atas syariat Allah ini, bukanlah suatu hal yang mudah. Saking beratnya perintah ini, Nabi saw sebelumnya tidak memiliki uban. Tatkala turun ayat ini, beliau pun menjadi beruban. Dari sahabat Abdullah bin ‘Abbas, beliau bercerita:
“Abu Bakr radhiyallahu ‘anhu berkata, “Wahai Rasulullah, engkau telah beruban.” Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Aku dibuat beruban oleh surah Hud, surah Al-Waqi’ah, surah Al-Mursalat, ‘Amma yatasa’alun (surah An-Naba), dan Idzasy syamsu kuwwirat (surah At-Takwir).” (Diriwayatkan At- Tirmidzi 3297 disahihkan oleh Syekh Al-Albani)
Dikarenakan dalam surah-surah tersebut terdapat penyebutan tentang kaum-kaum terdahulu yang Allah timpakan azab-Nya kepada mereka, begitu pun tentang hari Kiamat, dan perintah untuk beristikamah. Hal-hal inilah yang memberatkan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. (Lihat Tuhfatul Ahwadziy Syarah Sunan At-Tirmidzi)
Penghalang Istikamah
Karena begitu beratnya perkara istikamah ini, yaitu untuk tetap tegar dan teguh di atas agama ini dengan menjalankan ketaatan dan meninggalkan larangan, maka istikamah terdapat banyak penghalangnya.