Dalam perdebatan, pemilik satu ekor kambing itu kalah. Lantas mereka menghadap Daud untuk mendapatkan keadilan.
Daud berkata, ”Sungguh dia telah berbuat zalim kepadamu dengan meminta kambingmu itu untuk ditambahkan di kambingnya.”
Sejarawan Islam Imam Ibnu Qudamah Al Maqdisi menuliskan, ketika mendengar pernyataan Daud itu mereka tertawa yang membuat Daud marah.
Tapi karena dua orang itu tenang-tenang saja, Daud jadi curiga keduanya adalah malaikat yang memba-memba (menjilma) jadi manusia untuk memperingatkannya sehubungan dengan keputusannya ingin menikahi Tasyayu.
Padahal dia istri Uriya. Daud menggunakan siyasat mengirim Uriya ke medan perang. Ternyata Uriya gugur. Maka terbukalah jalan bagi Daud untuk menikahi Tasyayu.
Setelah menyadari kesalahannya yang tidak bisa mengendalikan hawa nafsunya, Daud bertobat. “Dan Daud mengira Kami mengujinya, maka dia memohon ampunan kepada Tuhannya lalu menyungkur sujud dan bertobat.”
Konon Daud selama 40 hari ngebleng alias mendekam di dalam kamar untuk bertobat.
Ajaran luhur Jawa mengingatkan kekuasaan itu cenderung melik nggendhong lali, membuat orang lupa daratan, lupa hakikat dan tujuan kekusaan.
Sering kita temui orang baik-baik setelah mendapat kekuasaan berubah menjadi jahat. Atau yang di awal kekuasaan baik-baik tapi semakin lama berubah menjadi zombie.
Ahli sejarah Lord Acton mengatakan power tends to corrupt, and absolute power corrupt absolutely (kekuasaan itu cenderung diselewengkan, dan kekuasaan absolut cenderung korup secara absolut).
Ajaran luhur Jawa sudah memberi peringatan bahwa melik nggendong lali itu akhirnya membentuk sikap angkara murka.
Sedang suro sudiro jayaningrat arso lebur dening pangastuti ( keberanian, kekuatan dan kekuasaan yang didorong angkara murka akan dihancurkan oleh budi luhur).
Ja’al haqqu wa hazaqal batil, innal batila kana zahuqa, kebenaran telah datang dan yangbatil telah lenyap. Sungguh yang batil pasti lenyap. (Quran, Isra 81).
Allahu a’lam bis shawab. (*)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News