Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Syamsul Anwar, mengungkapkan tiga materi utama yang akan menjadi fokus pada Musyawarah Nasional Tarjih ke-32 di Pekalongan pada Jumat-Ahad (23-25/02). Pada Rapat Pleno dan Halaqah Pra Munas XXXII di Aula Masjid Islamic Center Universitas Ahmad Dahlan, Selasa (30/01/2024), Syamsul menyampaikan rincian mengenai materi-materi tersebut.
Materi pertama yang akan dibahas adalah pengembangan Manhaj Tarjih Muhammadiyah. Fokus utama Manhaj Tarjih ini adalah metode pengambilan hukum, dengan pesan agar rumusan-rumusannya tidak terlalu detail, melainkan diarahkan pada prinsip-prinsip umum. Syamsul Anwar menekankan bahwa terlalu banyak detail dapat membuat kurangnya fleksibilitas dan menyebabkan kekakuan.
Materi kedua adalah Fikih Wakaf Kontemporer. Dalam pembahasan fikih ini, tidak hanya isu-isu klasik yang akan diajukan, tetapi juga isu-isu kontemporer dalam bidang wakaf. Hal ini mencakup persoalan-persoalan seperti wakaf uang, sukuk, Cash Waqf Linked Sukuk (CWLS), dan lain sebagainya.
Syamsul Anwar menekankan pentingnya mendalaminya, mengingat wakaf merupakan bagian dari sektor ekonomi syariah yang sedang berkembang di seluruh dunia.
Materi ketiga adalah Kalender Hijriyah Global Tunggal. Muhammadiyah telah mempersiapkan konsep Kalender Islam Global dengan prinsip satu hari satu tanggal Hijriah di seluruh dunia. Tujuan dari penerapan Kalender Hijriyah Global Tunggal ini adalah sebagai solusi untuk peristiwa hari Arafah.
Syamsul Anwar menyadari bahwa penerapan konsep ini akan menimbulkan berbagai kritik, dan oleh karena itu, perlu persiapan matang dan jawaban yang bersumber dari syariat Islam dan ilmu pengetahuan.
Syamsul Anwar mengingatkan bahwa pembahasan mengenai segala aspek ajaran Islam pada Munas Tarjih ke-32 harus dilakukan secara menyeluruh dan tuntas. Ia menekankan pentingnya menggali sumber-sumber pengetahuan secara komprehensif agar jawaban yang dihasilkan menjadi mampu menanggapi kritik yang mungkin meremehkan.
Syamsul juga menyampaikan bahwa Munas ini merupakan kerja berat yang dilakukan tanpa tujuan keuntungan materi. Semua kegiatan di Munas, menurutnya, adalah bentuk kerja sosial dan gotong royong.
Ia menegaskan bahwa jika semua dilakukan dengan ikhlas, maka akan mendapatkan pahala dari Allah.
“Munas ini kerja berat tanpa menghasilkan uang, semuanya kerja sosial, kerelawanan, gotong royong, kalau dikerjakan secara ikhlas akan mendapatkan pahala dari Allah,” kata Syamsul. (*/tim)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News