Urgensi Tabligh dalam Ikhtiar Menyelamatkan Semesta
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah
Sikap demikian sudah pernah terjadi di zaman Khalifah Abu Bakar As-Sidiq Ra. Dan tidak boleh dibiarkan karena akan terjadi bencana yang akan mengganggu kesetabilan hidup pribadi dan berbangsa.
Oleh Karen itu, Abu Bakar pada saat itu segera mengumpulkan kaum muslimin dan memberikan pencerahan. Beliau berdiri di hadapan kaum muslimin dan menyampaikan pesan sebagai berikut:
يا أيها الناس، إنكم تقرأون هذه الآية (يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا عَلَيْكُمْ أَنفُسَكُمْ لَا يَضُرُّكُم مَّن ضَلَّ إِذَا اهْتَدَيْتُمْ ) ﴿المائدة: ١٠٥﴾ وإنكم تضعونها على غير موضعها، وإني سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول: “إن الناس إذا رأوْا المنكر فلم يغيروه أوشك الله أن يعمهم بعقابه “
“Wahai sekalian manusia, kalian membaca ayat ini ‘(Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu, tiadalah orang yang sesat itu akan memberi mudlarat kepadamu apabila kamu telah mendapat petunjuk).” (QS. Al Maidah: 105)
Akan tetapi kalian meletakkan penafsirannya tidak pada penafsirang yang tepat, dan sesungguhnya kami mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Sesungguhnya manusia apabila melihat kemungkaran, kemudian mereka tidak mengubahnya di khawatirkan Allah akan meratakan azab-Nya kepada mereka.”
Dari pencerahan yang disampaikan oleh Abu Bakar di atas, bahwa ada sebagian orang yang menafsirkan ayat di surat Al Maidah tersebut memperbolehkan seseorang (utamanya mubaligh atau dai) hanya menjaga kesalehan dirinya dan apatis terhadap kedurhakaan dan kemungkaran yang dilakukan orang di sekitarnya.
Penafsiran ayat tersebut tidak tepat maka harus segera diluruskan sebagaimana yang dilakukan oleh Abu Bakar As Siddiq Ra.
Kaum Muslimin Rahimakumullah
Lalu apa yang harus dilakukan agar kehidupan berbangsa dan bernegara ini biasa setabil dan sejahtera?
Apakah tidak cukup menjadikan diri ini sebagai pribadi yang shaleh dan tidak perlu ikut campur bahkan mengusik kedurhakaan dan kemungkaran yang dilakukan orang lain?
Di samping isi pencerahan Abu Bakar di atas, mari kita perhatikan fakta-fakta dalil berikut ini:
Pada saat Rasulullah bangun tidur dan terlihat merah wajah beliau karena diperlihatkan keburukan yang akan segera menimpa pada bangsa Arab:
عَنْ زَيْنَبَ زَوْجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَتِ: اسْتَيْقَظَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ نَوْمٍ وَهُوَ مُحْمَرٌّ وَجْهُهُ وَهُوَ يَقُولُ : لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَيْلٌ لِلْعَرَبِ مِنْ شَرٍّ قَدْ اقْتَرَبَ فُتِحَ الْيَوْمَ مِنْ رَدْمِ يَأْجُوجَ وَمَأْجُوجَ مِثْلُ هَذِهِ وَحَلَّقَ، قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ أَنَهْلِكُ وَفِينَا الصَّالِحُونَ؟ قَالَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: نَعَمْ، إِذَا كَثُرَ الْخَبَثُ .
“Dari [Zainab] istri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, Ia (isteri Nabi) Berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bangun dari tidurnya dengan wajah merah sambil bersabda: “Laa ilaaha illallah” (Tidak ada tuhan yang berhak untuk disembah selain Allah), celakalah orang-orang arab dari keburukan yang telah dekat, hari ini telah dibukakan pemisah antara Ya’juj dan Ma’juj seperti ini, ” kemudian Nabi membuat lingkaran, maka aku bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah kita akan dibinasakan padahal ada orang-orang saleh di tengah-tengah kita?” Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab: “Ya, apabila kerusakan sudah merajalela.”