*) Oleh: Ferry Is Mirza DM
Dunia ini merupakan medan ujian dan cobaan. Keberadaan seorang hamba di dunia ini tidak lain untuk diuji, kemudian dikembalikan lagi kepada Allah Ta’ala. Allah Ta’ala berfirman:
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.” (QS. Al-Anbiya: 35)
Kehidupan kita di dunia ini tidak akan terlepas dari ujian, musibah, dan cobaan. Dalam hidup ini, bisa jadi terdapat suatu masa ketika kita mendapatkan ujian dan musibah yang begitu pelik dan rumit, seolah-olah semua jalan keluar sudah buntu, dan semua harapan sudah terputus.
Dan bisa jadi, ujian dan musibah tersebut berlangsung lama, kita merasakan sakit dan perihnya musibah tersebut selama berbulan-bulan, dan kita tidak mengetahui bagaimanakah jalan keluarnya.
Ada yang mendapatkan musibah dengan penyakit yang kronis, atau lenyapnya harta benda, atau dagangan yang tidak laku, atau hilangnya pekerjaan, atau musibah- musibah yang berat lainnya.
Lalu, bagaimanakah sikap kita sebagai seorang muslim pada saat di puncak kesulitan tersebut ?
Bersabar ketika menghadapi musibah yang menyakitkan merupakan salah satu dari tiga bentuk kesabaran.
Ulama menyatakan, “Kesabaran ada tiga jenis, yaitu bersabar ketika melakukan ketaatan, bersabar ketika meninggalkan kemaksiatan, dan bersabar ketika menghadapi takdir Allah yang menyakitkan.”
Oleh karena itu, sikap pertama yang hendaknya seorang muslim perkuat saat di puncak kesulitan adalah bersabar dalam menghadapi ujian dan musibah tersebut.
Seorang muslim harus meyakini bahwa Allah Ta’ala mencintai orang-orang yang bersabar, sebagaimana firman Allah Ta’ala:
“Allah mencintai orang-orang yang sabar.” (QS. Ali Imran: 146)