Malaikat merupakan makhluk suci yang diutus untuk menyampaikan risalah suci. Risalah suci itu untuk mengakui Allah sebagai Tuhan yang wajib diagungkan.
Bertakwa kepada Allah merupakan pintu masuk untuk mentauhidkan dan menghinakan diri dari mempersekutukan-Nya.
Malaikat dan Risalah Suci
Allah menugaskan khusus kepada malaikat untuk membawa pesan suci untuk disampaikan kepada hamba-Nya yang suci.
Pesan suci itu untuk mentauhidkan Allah dan membebaskan manusia dari mengakui kekuatan lain selain-Nya.
Nabi yang menerima wahyu itu diperintahkan untuk mengajak kaumnya memasrahkan diri pada kekuasaan Allah.
Bentuk kepasrahan diri dengan takut hanya kepada Allah. Bentuk ketakutan Kepada Allah merupakan pintu pembuka untuk menjalankan amalan-amalan kebaikan.
Hal ini termaktub sebagaimana narasi Alquran sebagai berikut :
يُنَزِّلُ الْمَلٰٓئِكَةَ بِا لرُّوْحِ مِنْ اَمْرِهٖ عَلٰى مَنْ يَّشَآءُ مِنْ عِبَا دِهٖۤ اَنْ اَنْذِرُوْۤا اَنَّهٗ لَاۤ اِلٰهَ اِلَّاۤ اَنَاۡ فَا تَّقُوْنِ
“Dia menurunkan para malaikat membawa wahyu dengan perintah-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya, (dengan berfirman) yaitu, “Peringatkanlah (hamba-hamba-Ku), bahwa tidak ada tuhan selain Aku, maka hendaklah kamu bertakwa kepada-Ku.” (QS. An-Nahl : 2)
Tugas menyucikan Allah sangat penting disampaikan karena kebanyakan manusia justru mengambil perantara untuk menyucikan Allah.
Mereka tidak langsung Allah tetapi mengagungkan makhluk, benda atau berhala yang diyakini bisa mendatangkan manfaat padanya.
Manusia umumnya mengetahui bahwa Allah Pencipta dan Pemelihara dirinya dan alam semesta. Namun menolak meminta pertolongan langsung kepada Allah.
Manusia sering kali tidak sadar bahwa pengagungan kepada berhala merupakan mengotori keyakinannya sehingga menjerumuskan dirinya dalam kebinasaan.
Allah pun sudah menjelaskan bahwa berhala benda matu yang tidak mengetahui hari kebangkitan. Hal ini sebagaimana penjelasan Alquran sebagai berikut :
اَمْوَا تٌ غَيْرُ اَحْيَآءٍ ۚ وَمَا يَشْعُرُوْنَ اَيَّا نَ يُبْعَثُوْنَ
“(Berhala-berhala itu) benda mati, tidak hidup, dan berhala-berhala itu tidak mengetahui kapankah (penyembahnya) dibangkitkan.”
(QS. An-Nahl : 21)
Kekuasaan Allah
Allah sangat berkuasa dan bijaksana dalam membuat sesuatu. Salah satu bentuk kekuasaan Allah adalah menurunkan air hujan.
Air hujan diturunkan dari langit yang tidak mungkin bisa dilakukan oleh makhluk apa pun.
Air hujan berfungsi sebagai minuman, menyuburkan tanaman, serta memberi kehidupan bagi hewan ternak. Hal ini diabadikan Allah sebagaimana firman-Nya :
هُوَ الَّذِيْۤ اَنْزَلَ مِنَ السَّمَآءِ مَآءً لَّـكُمْ مِّنْهُ شَرَا بٌ وَّمِنْهُ شَجَرٌ فِيْهِ تُسِيْمُوْنَ
“Dialah yang telah menurunkan air (hujan) dari langit untuk kamu, sebagiannya menjadi minuman dan sebagiannya (menyuburkan) tumbuhan, padanya kamu menggembalakan ternakmu.”
(QS. An-Nahl : 10)
Kekuasaan yang demikian besar dan agung tidak membuat manusia mengagungkan Allah dan menyucikan-Nya.
Kebanyakan manusia justru mencari kekuatan selain Allah dengan mengagungkannya.
Tidak sedikit kita melihat manusia menyembah matahari, menyucikan air gunung, hingga menyembah para wali karena dipandang mengabulkan segala hajat dan permintaannya.
Tugas malaikat adalah untuk menyampaikan risalah suci guna meluruskan manusia yang mengagungkan berbagai macam berhala, serta mengalihkan agar mengagungkan Allah saja. (*)
Masjidil Haram, 24 Ramadhan 1444
Penulis: Dr. SLAMET MULIONO REDJOSARI, Wakil Ketua Majelis Tabligh Muhammadiyah Jawa Timur