Membatalkan Diri Menjadi Manusia Mulia
UM Surabaya

*) Oleh: Dr. Slamet Muliono Redjosari

Allah hendak menjadikan manusia menjadi mulia di dunia dan namun banyak disia-siakan. Allah sebagai Maha Pencipta memiliki standar berbasis etika dan akhlak yang harus melekat pada manusia yang diciptakan-Nya.

Namun manusia justru tergoda dengan bisikan setan dengan kemampuannya memperindah perbuatan buruk manusia.

Allah memandu manusia untuk mencapai kemuliaan dengan Alquran, namun manusia justru terjerumus mengikuti arahan setan dengan kesenangan yang bersifat sesaat atau jangka pendek.

Ketika datang berita gembira berupa datangnya ayat-ayat Allah, namun setan berhasil mempengaruhi manusia hingga melepaskan abadi dan menukar dengan kenikmatan sesaat.

Mereka memilih menutup hati, membutakan diri, dan membuntu telinganya guna menolak hidayah kebenaran.

Rasul dan Berita Kemuliaan

Allah mengutus rasul untuk memberi kabar gembira dan membimbing untuk menjadi manusia mulia dan mengantarkannya kepada tempat paling mulia (surga).

Untuk meraih kemuliaan itu, maka rasul membimbing dengan aturan-aturan yang datang dari Allah dengan berbagai perintah dan larangan.

Rasul menunjukkan dua jalan, yang lurus dan menyimpang sekaligus sebagai ujian menjadi manusia mulia.

Namun dengan berita gembira dan jalan kemuliaan itu dipelintir setan dengan membisikkan manusia dengan tafsiran yang berbeda.

Dengan bisikan itu, maka perbuatan baik menjadi berat dan melelahkan, sementara perbuatan sesat dan menyimpang begitu mudah dan menyenangkan.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini