Multi Disfungsi
Ketika condong kepada kenikmatan dunia yang sesaat, maka Allah pun membuat manusia lali dan lupa akan kehidupan akherat yang sejati dan abadi.
Oleh karenanya, ketika datang peringatan dari rasul dengan membacakan ayat-ayat-Nya, maka mereka menolak dan dengan meremehkan dan bahkan membuang perintah-perintah itu.
Kecondongan kepada kesenangan dunia, benar-benar semakin tak merespon perintah dan larangan-Nya. Alquran menjelaskan bahwa ketika ayat-ayat Allah datang, mereka meremehkan dan membuangnya.
Berbagai bukti kebenaran yang ditunjukkan kepada mereka dengan berbagai bukti yang tak terbantahkan, mereka tak mengacuhkannya. Semua itu karena condong pada dunia.
Alquran memberi ilustrasi bahwa mereka telah mengalami disfungsi hati, mata dan telinga. Artinya, hati mereka mengeras, mata membuta, dan telinga tertutup rapat.
Dengan kata lain, ketika datang peingatan dan ancaman, mereka membutakan diri, mentulikan telinganya, dan membisukan suaranya.
Alquran memvonis manusia seperti ini lebih buruk kondisinya daripada binatang atau lebih daripada itu. Pantas apabila mereka ini menjadi bahan bakar Neraka Jahanam. Hal ini dinarasikan Alquran sebagai berikut :
وَلَـقَدْ ذَرَأْنَا لِجَـهَنَّمَ كَثِيْرًا مِّنَ الْجِنِّ وَا لْاِ نْسِ ۖ لَهُمْ قُلُوْبٌ لَّا يَفْقَهُوْنَ بِهَا ۖ وَلَهُمْ اَعْيُنٌ لَّا يُبْصِرُوْنَ بِهَا ۖ وَلَهُمْ اٰذَا نٌ لَّا يَسْمَعُوْنَ بِهَا ۗ اُولٰٓئِكَ كَا لْاَ نْعَا مِ بَلْ هُمْ اَضَلُّ ۗ اُولٰٓئِكَ هُمُ الْغٰفِلُوْنَ
“Dan sungguh, akan Kami isi Neraka Jahanam banyak dari kalangan jin dan manusia. Mereka memiliki hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka memiliki mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengarkan (ayat-ayat Allah). Mereka seperti hewan ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lengah.” (QS. Al-A’raf : 179)
Ketika disodorkan calon pemimpin yang dipilih melalui tahapan pemilihan yang curang, dikelilingi oleh para elite yang memiliki kasus korupsi dan melanggar etik-norma berbangsa dan bernegara.
Bahkan wakilnya bermasalah dan distigma sebagai anak haram konstitusi. Bahkan berbagai kalangan terdidik memprotes dan mempermasalahkan berbagai pelanggaran etik yang pernah dijalankannya.
Mereka telah tertutup hati, buta mata, dan tuli telinganya dengan memilih pemimpin yang bermasalah.
Mereka menutup mata dengan pemimpin yang memiliki basis agama Islam yang kuat, menguasai lapangan, cerdas, berpengalaman, bersih dan memiliki pengalaman memimpin yang bagus. (*)
Surabaya, 5 Februari 2024
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News